Review #13 The Chronicles of Audy : 4R

on Jumat, 21 November 2014


Judul : The Chronicles of Audy : 4R
Nama Penulis : Orizuka
Penerbit : Haru
Penyunting : Tia Widiana
Cover Designer dan illustrator : Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Proofreader : Yuli Yono
Tanggal Terbit : Juli 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7742-21-5


Sinopsis :

Hai. Namaku Audy.
Umurku 22 tahun.
Hidupku tadinya biasa-biasa saja, sampai kedua orangtuaku jatuh bangkrut karena ditipu.

Aku hanya tinggal selangkah lagi menuju gelar sarjanaku.
Selangkah lagi!
Tapi kedua orangtuaku rupanya tega merusak momen itu.

Jadi sekarang, di sinilah aku berada.
Di rumah aneh yang dihuni oleh 4 bersaudara yang sama anehnya.
Regan, Romeo, Rex dan Rafael.

Aku, yang awalnya berpikir akan bekerja sebagai babysitter, dijebak oleh kontrak sepihak dan malah dijadikan pembantu.

Terdengar klise?
Mungkin, bagimu. Bagiku? Musibah!

Ini, adalah kronik dari kehidupanku yang mendadak jadi ribet.

Kronik dari seorang Audy.

Saya sudah membaca buku ini untuk yang ke-4 kalinya. Dan di-4 kalinya inilah saya baru berani membuat review-nya.

“Setelah Audy pergi, kami langsung sadar kalau kehadiran Audy sangat penting bagi kami. Bukan sebagai pembantu atau babysitter, tapi sebagai bagian dari keluarga.” (hal. 308)

The Chronicles of Audy : 4R bercerita tentang kronik seorang Audy Nagisa disaat-saat menjelang skripsinya. Tentang dirinya yang mendadak mendapatkan nilai yang luar biasa. Tentang dirinya yang tidak boleh pulang sewaktu liburan semester—dan akhirnya ia mengetahui kalau keluarganya bangkrut lagi karena tertipu oleh investasi abal-abal. Tentang dirinya yang terjebak oleh kontrak sepihak—padahal sebenarnya ia terhipnotis duluan oleh kontrak yang mengatakan gaji bisa dibayar di muka. Tentang pengusirannya dari kost-nya yang membuat dirinya harus tinggal dengan 4R.

Jujur saja, setelah membaca untuk yang ke-4 kalinya, saya meyadari bahwa saya tidak akan bosan meski harus membacanya untuk yang ke-5 atau ke-10 kalinya. Ide ceritanya memang terdengar umum. Tentang kesulitan hidup—apalagi untuk seorang mahasiswi yang kuliah diluar kota dan butuh banyak biaya, dsb. Namun yang membuat novel ini menarik adalah Kak Orizuka mampu mengemas ide cerita yang biasa ini menjadi luar biasa. Menurut saya sebagian besar karena pengaruh karakter-karakter tokoh yang digambarkan oleh penulis.

Audy—sosok gadis bodoh yang tergoda oleh gaji sembilan ratus ribu sebulan yang dibayar di muka tanpa tahu kalau dirinya akan dijadikan babysitter-garis-miring-pembantu. Yang hanya diperalat oleh 4 bersaudara itu—untuk membersihkan rumah mereka yang seperti tempat penampungan sampah, misalnya.

Regan— nama kode R1. Titisan Keanu Reeves yang berperan sebagai Constantine, ganteng *sudah pasti plus bonus lesung pipi. Sosok yang nyaris sempurna, pekerja keras, tapi perhitungan.

“Ah Audy ! Kamu memang keren!”
“Dengan begini, kita bisa hemat uang laundry!”

Romeo—nama kode R2. Cowok yang tak kalah keren. Wajahnya mirip dengan Regan, hanya agak kusam. Sosok pemalas yang takut air—karena ia jarang mandi, senang bermain, walaupun paling ramah.

“Kenapa harus mandi ?”

Rex—nama kode R3. Si robot korslet. Si kamus berjalan. Sebuah robot dengan kapasitas jutaan terabytes kali lebih banyak dari kaum manusia. Suka menyindir. Sosok terpelajar yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk prestasi akademis, tapi tertutup dan sensitif.

“Kalo kamu yang bikin, kapan kita bisa makan.”

Rafael—nama kode R4. Anak berumur empat setengah tahun yang tidak seperti kebanyakan anak seumurnya. Nakal dan menyebalkan. Jauh dari kata imut. Dan si R4 inilah yang kadang membuat Audy gondok dan jengkel sampai ke ubun-ubun. Sosok balita gadungan yang memiliki sifat kakak-kakaknya.

“Eh Au, ambilin minum dong,”

Penyajian karakter-karakter tokoh yang unik dan terasa nyata dari awal inilah yang membuat saya jatuh cinta pada novel ini. Tapi saya agak tidak setuju dengan penggambaran ‘Rumah aneh yang dihuni oleh 4 bersaudara yang sama anehnya’ menurut saya lebih baik begini, ‘Rumah impian yang dihuni oleh 4 bersaudara yang bagaikan malaikat tampan dengan gen yang bagus’ hehe.

Penggambaran karakter tokoh-tokohnya yang seperti nyata itu mampu membuat saya—terumata saya, berada di dalam cerita. Seakan-akan saya ditengah-tengah mereka.

Dan jujur saja saya bingung mau memberi review seperti apa. Untuk kekurangan, hampir tidak ada. Covernya simple tapi greget banget. Warna cover yang coklat dan dipadu dengan warna pink di bagian sisinya juga unik dan balance.

Konflik yang disajikan juga cukup beragam dan membuat pembaca *terutama saya dibuat terkejut. Terutama konflik tentang Audy yang ternyata harus menguburkan impiannya untuk bisa menjadi istri Regan.

Ini adalah buku pertama kak Orizuka yang saya baca. Dan kesimpulannya saya langsung jatuh cinta sama karyanya. Penggambaran alurnya sederhana dan berurutan. Konflik disetiap bab-nya pun disajikan dengan berbeda oleh penulis. Terumata tentang tokoh Rafael. Bahwa sebenarnya ia sama seperti anak-anak seusinya pada umumnya, yang membutuhkan perhatian walaupun mulutnya terus mengatakan tidak. Juga tentang Rex yang terlihat tidak peduli padahal dia punya pemikiran sendiri. Berusaha untuk tetap hidup sehat dan mandiri supaya nggak nyusahin, misalnya. Agar kakak-kakaknya bisa lebih fokus ke Rafael.

Dan katanya buku ini adalah novel berseri. Entah sampai berapa. Wahh..saya jadi seneng. Kenapa ? Karena saya bakal berpetualang lagi dengan 4R1A. Dengan konflik dan kisah-kisah yang berbeda.

Overall, saya sangat menikmati kronik dari seorang Audy Nagisa yang disajikan oleh penulis. Dan semakin penasaran tentang kisah 4R1A di buku selanjutnya.

Ada beberapa kalimat favorit saya di dalam novel ini, diantaranya :
1. “Membuat judul skripsi ternyata tidak semudah membuat judul karangan ‘Liburan ke Rumah
      Nenek’” (hal. 26)
2. “Kenapa harus ada yang namanya skripsi sih di dunia ini! SkripSial!!” (hal. 27)
3. “Entah itu buku atau layar komputer, selama itu tentang pelajaran pasti akan membuatku
      mengantuk seketika” (hal. 32)
4. “Di dunia ini, apa ada orangtua yang tidak memikirkan masa depan keluarga mereka sendiri ?”
      (hal. 33)
5. “Kalau ruang tamu kemarin seperti tempat penampungan sampah, maka ruangan ini bisa dibilang
      tempat pembuangan akhir” (hal. 77)
6. “Tidak ada yang bilang kalau hidup itu mudah” (hal. 103)
7. “Kalau kadar kecanggungan bisa dihitung, dari skala satu sampai sepuluh, saat ini skalanya
      seratus” (hal. 211)
8. “Populer nggak ada artinya kalau nggak sehat” (hal. 250)
9. “Bagaimana bisa melupakan orang yang setiap hari harus kulihat ?” (hal. 267)

2 komentar:

  1. Wow, bukunya Orizuka yang pertama dibaca? Selamat berburu buku-bukunya Orizuka yang lain yaaa... ;)

    BalasHapus
  2. benar" hoby membaca dan me reviewnya ya seperti yg di bio, sampe baca 4 kali supaya reviewnya itu pas :) keren

    BalasHapus