Judul : Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik Untuk Bunuh
Diri
Nama Penulis : Bernard Batubara
Editor : Ayuning & Gita Romadhona
Penyelaras Aksara : Widyawati Oktavia
Desainer Sampul : Levina Lesmana
Penata Letak : Erina Puspitasari
Penyelaras Tata Letak : Landi A. Handwiko
Ilustrator Sampul & Isi : Ida Bagus Gede Wiraga
(@ibgawiraga)
Penerbit : Gagas Media
Tanggal Terbit : 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-979-780-771-9
Rating : 4 dari 5 bintang
Hamidah
Tak Boleh Keluar Rumah
“Mengapa
aku terlahir buruk rupa, Ayah?”
“Tak
perlu cantik untuk hidup dengan baik, Hamidah.”
“Tetapi,
Ibu cantik, kan?”
“Tak
ada yang mengalahkan pesonanya.”
“Aku
ingin jadi seperti Ibu.”
Hamidah lahir dengan wajah yang tak sempurna. Setiap
malam ia selalu keluar rumah untuk melihat kunang-kunang untuk mengobati rasa
rindu terhadap ibunya yang sudah meninggal. Sampai suatu malam, seekor
kunang-kunang yang mengaku sebagai ibunya, mengatakan bahwa Hamidah tidak akan
menderita lagi. Bahwa ia akan menjadi cantik seperti ibunya.
Seorang
Perempuan di Loftus Road
Kukatakan
padamu, ya. Sebenarnya, tak ada yang istimewa dari menjadi sebatang pohon. Aku
hidup dan bernafas biasa, lewat daun-daun yang tumbuh di sekujur tubuhku. Aku pun
melihat dengan biasa. Hanya saja, aku tak lagi bisa bicara dengan manusia.
Bahasaku kini berbeda. Bahasa pohon-pohon.
Dikisahkan ada seorang perempuan yang menunggu
seorang lelaki di Loftus Road. Berharap lelaki itu datang menepati janjinya.
Sayangnya, sebagaimana sebuah janji manusia, ada di antara mereka yang ditepati
oleh pemiliknya, ada pula yang tidak. Ia menunggu selama berjam-jam dengan dada
penuh harapan. Dia terus menunggu, bahkan setelah tahu bahwa lelaki yang dia
tunggu tak akan pernah datang. Sampai akhirnya dia berubah menjadi sebuah
pohon.
Jatuh
Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri
Aku
tidak bersepakat dengan banyak hal, kau tahu. Kecuali, kalau kau bilang bahwa
jatuh cinta adalah cara terbaik untuk bunuh diri.
Untuk
hal itu, aku setuju.
Bril ingin hidup lebih lama di Bumi dan bahkan ingin
menjadi manusia seutuhnya kala ia bertemu dengan Rahayu. Gadis yang membuatnya
merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, untuk menjadi seorang
manusia, ia harus bunuh diri terlebih dahulu.
***
Saya pribadi bukan penikmat cerpen atau kumcer.
Namun, entah kenapa waktu novel ini rilis dan banyak dibicarakan di media
sosial akhir tahun lalu, ada rasa ketertarikan dalam diri saya. Entah kenapa
saya ingin membaca buku ini. Mungkin karena judul bukunya yang panjang itu atau
karena covernya yang menurut saya pribadi sangat cantik atau juga karena
setelah baca book blurb-nya. Entahlah…saya lupa kenapa saya dulu begitu kukuh
ingin membaca buku ini.
Dan hasilnya…GOTCHA. Saya menemukan hal yang berbeda
dalam buku ini. Sesuatu yang tidak saya temukan dalam cerpen-cerpen lain. Ini
pertama kalinya saya membaca buku karya kak Bara dan setelah menyelesaikan buku
ini, saya mulai menyukai tulisan-tulisannya.
Membaca kumpulan cerpen dalam novel ini membuat saya
berada pada dunia yang berbeda. Sisi gelap dari cinta banyak dihadirkan penulis
dalam buku ini. Mungkin inilah yang dulu menjadi alasan kenapa saya ingin
membaca buku ini. Saya serasa membaca cerpen-cerpen klasik jaman dulu…mungkin
karena kak Bara menggunakan setting dan nama-nama orang-orang desa yang identik
dengan kata “zaman dulu”.
Alasan klasik kenapa saya bukan penggemar cerpen
adalah karena biasanya konflik yang dihadirkan terasa kurang nendang dan cerita
yang dihadirkan kurang memiliki porsi yang sesuai dan terkesan tidak tuntas.
Namun di dalam buku ini, Kak Bara menceritakan setiap kisah dengan porsi yang
sesuai, tidak monoton, dan selalu berkesan untuk saya. Entah kenapa, meskipun
saya sudah menutup buku ini, cerita dalam buku ini seolah-olah tidak mau keluar
dari pikiran saya dan terus menari-nari. Saya mengingat semua ceritanya
meskipun sudah selesai membacanya.
Kebanyakan orang lebih senang menceritakan sisi
manis dari cinta. Sedikit sekali yang mampu berterus terang mengakui dan mengisahkan
sisi gelapnya. Dan kak Bara berhasil melakukannya. Ia berhasil menuliskan sisi
gelap dari kisah cinta dalam buku ini dengan apik. Meskipun ada beberapa yang
tidak masuk akal juga :D seperti cerita seorang perempuan di Loftus Road,
Meriam beranak ataupun .
Memang
cinta adalah manis. Cinta adalah terang. Cinta adalah putih. Cinta adalah
senyum. Cinta adalah tawa. Tapi sayangnya, cinta tak sekedar manis. Cinta tak
sekedar terang. Cinta tak melulu tentang senyum dan tawa. Inilah kisah cinta yang
sedikit berbeda.
So,
masih beranikah kau untuk jatuh cinta?
pernah liat ada yg ngeshare cover buku ini dan baru tau kalo ini kumcer
BalasHapusdan penulisnya Bernad Batubara?
Wah pasti keren banget >_<
jadi isinya kayak cerpen klasik gitu ya, tertarik pengen baca juga
suka dengan cerpen-cerpen yang make bahasa baku :D
3 judul yg kamu share itu bikin penasaran >_<
kunang-kunang, pohon, nuansanya alam ya >.<
bener-bener kisah yang berbeda dari biasanya :D
kira" ceritanya mirip cerita dongeng gak ya? >.<