Judul : Apartemen Berhantu
Nama Penulis : Rettania
Editor : Ry Azzura & Syafial Rustama
Proofreader : Funy D.R.W
Desain Cover & Layout : Gita Mariana
Ilustrasi Sampul : Rudiyanto
Penerbit : Bukune
Tanggal Terbit : Agustus 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-220-134-9
Rating : 3 dari 5 bintang
Luna
tidak suka dengan unit apartemen tempat tinggal barunya; jauh dari sekolah,
sempit, sepi, dan… digosipkan berhantu. Awalnya, Luna tidak percaya sampai
sekelebat penampakan putih yang seram itu terus menerus muncul di
kamarnya—seperti hendak menyampaikan sesuatu.
Rahasia
apa yang tersembunyi di sana?
Dan
kenapa sang Ibu seperti ikut menutup-nutupi?
Lana
harus menemukan jawabannya, sebelum semua terlambat….
***
“Pernahkah
kau suatu hari berpikir bahwa keluargamu, orang-orang terdekatmu, ternyata
bukan yang kau kenal selama ini?” –hlm. 79
Luna tidak pernah merasa nyaman semenjak
kepindahannya ke apartemen budget
yang berada di pinggiran kota Jakarta. Banyak desas-desus yang mengatakan
apartemen itu berhantu. Untuk membuktikan kebenaran itu, ia menyempatkan
dirinya meng-googling tentang
apartemen itu dan menemukan fakta bahwa apartemen itu memang berhantu. Banyak
situs dan forum internet yang menuliskan bahwa apartemen itu dibangun diatas
tanah pemakaman. Banyak juga yang menuliskan kejadian-kejadian tragis yang
pernah terjadi di apartemen tersebut.
Keanehan demi keanehan pun kadang ia alami. Seperti
saat ia merasa bahwa sistem pendingin di lift terlalu dingin hingga tengah malam
ia mendengar suara aneh dari lantai atas apartemennya. Ia mengira suara itu
adalah suara seseorang yang sedang galau memindahkan furniture di apartemennya,
namun ia merasa ragu ketika suara itu kembali terdengar keesokan malamnya.
Perubahan sifat ibunya pun menjadi pelengkap
kegalauan hatinya tentang apartemen berhantu itu. Ibunya yang tidak pernah
membiarkan rambutnya tergerai, suatu hari malah menggerai rambutnya. Lalu sikap
ibunya yang mendadak menyuruhnya untuk melakukan sesuatu sendiri karena alasan
sudah besar pun makin menguatkan argumentnya bahwa ibunya tengah diganggu oleh
makhluk penunggu apartemen.
“Kadang
beban hidup yang terlalu berat bisa menguasai pikiran seseorang dan membuatnya
bertindak ‘tidak biasa’. Tapi, Bunda? Aku tidak ingin percaya. Bunda selalu
kuat. Kalaupun belakangan Bunda agak aneh…” –hlm. 70
***
Ini pertama kalinya saya membaca novel horror
semenjak saya memegang novel. Entahlah…saya selalu menghindari genre yang satu
ini. Mungkin karena pada dasarnya saya penakut. Tapi..entah kenapa, setelah melihat
novel ini, saya tertantang untuk membacanya. Hitung-hitung buku ini bisa
menjadi terapi saya dalam menghadapi ketakutan saya membaca genre horror. Dan
hasilnya…GOTCHA, saya akhirnya
berhasil menyelesaikan novel ini.
Bicara soal apartemen berhantu, saya juga pernah merasakan hal yang sama. Namun lebih tepatnya Kost-kosan berhantu. Dan ngomong-ngomong saya tidak ingin menceritakannya lagi (Pengalaman saya waktu itu cukup menyeramkan >_<) Saya menyukai penggunaaan bahasa penulisnya yang
mengalir, ringan dan mudah dipahami. Alur ceritanya pun to the point, mungkin ini karena pengaruh halamannya juga yang saya
rasa terlalu tipis. Karakter Luna dalam novel ini yang selalu dibayangi rasa
takut digambarkan cukup jelas meskipun saya sendiri merasa karakternya kurang
hidup. Entahlah…saya merasa kurang bisa masuk kedalam cerita padahal penulis
menggunakan sudut pandang orang pertama dalam menceritakannya.
Ide ceritanya memang mainstream, tapi saya malah nggak merasa bosan. Saya malah dibuat
penasaran tentang ‘kejutan apa lagi yang akan disajikan penulis’ di halaman
berikutnya. Puzzle-puzzle yang ditebarkan penulis di tiap babnya membuat saya
harus memeras otak mencoba menebak apa sebenarnya yang terjadi. Nice. Ini satu hal yang membuat saya
menyukai novel dengan genre horror (kecuali jika para hantunya muncul
>-<) : bahwa kita akan diajak bermain teka-teki dan menebak-nebak apa
yang sebenarnya terjadi atau bagaimana ending dari ceritanya.
Ini novel bergenre horror, namun saya kok malah
nggak bisa merasakan ketegangan seperti saat menonton film horror ya? Entah
kenapa setiap kali hantu-nya muncul atau ketika Luna merasakan ketakutan, saya
sama sekali nggak bisa merasakan hal itu juga. Saya merasa eksekusi waktu
hantunya muncul kurang nendang.
Hal lain yang sangat saya sukai adalah detail
setting-nya yang diperhatikan dan dieksplor dengan sangat baik. Seperti
misalnya deskripsi tentang apartemennya sendiri. Karena menurut saya hal-hal
seperti detail setting biasanya kurang terlalu diperhatikan, jadi sewaktu
membaca novel ini, ada kesenangan tersendiri.
Halaman dari novel ini tergolong tipis ya, cuma 124,
jadi novel ini asyik banget dibaca dalam sekali duduk. Begitu masuk ending-nya,
saya merasa ada yang kurang. Saya merasa ending-nya harusnya nggak gitu. Oke,
maksud saya, iya misteri terselubung tentang apartemen dan perubahan sikap
ibunya itu memang sudah terpecahkan, namun misteri akan tombol lift 18 yang
tiba-tiba menyala sendiri dan suara krekk…krekk…diatas
apartemen-nya belum dipecahkan. Kesannya jadi kurang dan belum tuntas. But, it’s okay. Saya sudah merasa
terhibur karena akhirnya ‘dia muncul juga’ :D
Covernya…I like it, really. Dibandingkan dengan
memasang wajah para hantu-nya untuk menjadi cover dari novel-nya, saya lebih
menyukai cover seperti novel ini. Lebih mencerminkan isi dari ceritanya
sendiri. At least…siapkah kalian
berpetualang bersama Luna untuk menghadapi apartemen barunya?
Halo!
BalasHapusTerima kasih sudah membaca dan meresensi Apartemen Berhantu. Syukurlah buku ini bisa menghibur, dan terima kasih juga untuk kritik dan masukannya :)