Judul : Eleanor & Park
Nama Penulis : Rainbow Rowell
Penerjemah : Sofi Lestari
Editor : Maya Lestari
Desainer Cover : Expert Toha
Setter Layout : Emil Salim
Penerbit : Phoenix
Tanggal Terbit : November 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7689-49-7
Rating : 4 dari 5 bintang
“Semua yang aku lakukan saat kita jauh adalah
memikirkanmu, dan semua yang kulakukan saat kita bersama adalah panik. Karena
setiap detiknya terasa begitu penting. Dan karena aku tidak sanggup
mengendalikan diri, aku tidak bisa mencegahnya.”
–hlm. 143
Eleanor bertemu dengan Park saat dirinya
tidak memiliki tempat duduk di dalam bus sekolah barunya. Saat itulah, Park
menawari kursi disebelahnya, dengan enggan sambil mengumpat. Eleanor berpakaian
sangat aneh saat muncul di hadapan Park. Eleanor sangat berantakan. Dia juga
besar dan aneh. Dengan rambut yang juga aneh, merah terang dan keriting.
Awalnya Park sama sekali tidak berbicara dengan Eleanor. Rasanya salah untuk
duduk di samping seseorang setiap hari dan tidak berbicara dengannya. Bahkan
sempat terbesit di kepala Park untuk pindah kursi saja.
Lalu hubungan itu berawal dari kebiasaan
Park yang membaca sebuah komik di dalam bus. Biasanya dengan sembunyi-sembunyi
Eleanor juga ikut membacanya. Sampai akhirnya Park tahu bahwa Eleanor juga ikut
membacanya, sehingga anak laki-laki itu terkadang menatap Eleanor sebelum dia
membalik halaman. Berawal dari meminjamkan sebuah komik, lalu beberapa komik
lagi di hari berikutnya, lalu beberapa komik dan rekaman Smiths di hari
berikutnya. Park selalu menata itu semua di kursi sampingnya, sehingga Eleanor
hanya tinggal mengangkatnya saja. Jadi, dia tidak perlu mengatakan apa-apa.
Mereka masih tidak bicara di dalam bus, tapi keheningan di antara mereka sudah
menjadi tidak menegangkan lagi. Malah terasa hampir seperti mereka bersahabat.
***
Ini pertama kalinya saya membaca buku
dari seorang penulis yang hebat. Yang buku-bukunya masuk dalam The New York
Times Bestseller dan meraih beberapa penghargaan. Saya akui…setelah mencapai
halaman terakhir cerita, saya akan merindukan tulisan-tulisannya. Bahkan, saya
tidak rela kalau saat itu saya sudah sampai halaman terakhir. Entah kenapa,
saya ingin halaman itu tak ada ujungnya, sehingga saya bisa tetap membacanya
sampai saya bosan.
Park tidak romantis. Begitu juga
Eleanor, dia tidak cantik, bahkan digambarkan penulis ia anak yang gemuk dan
aneh tidak seperti kebanyakan penulis yang membuat setiap karakternya yang
serasa selalu “sempurna” dengan kata-kata ‘cantik’,’pintar’,’baik’, ataupun
kata-kata yang memiliki makna “sempurna”
Tetapi entah kenapa saya menyukai
pemilihan karakter penulisnya. Park memang tidak romantis (begitulah saya
menangkap karakternya saat membaca buku ini) namun penulis seolah membuat
pembaca sendiri yang menyimpulkan sendiri bahwa Park romantis. Eleanor tidak
cantik, namun dengan kehadiran Park disisinya, entah kenapa saya merasa Eleanor
cantik.
Kisah cinta yang dihadirkan penulis
memang seperti kisah cinta anak remaja pada umumnya. Perasaan malu-malu, first kiss, juga perpisahan
yang mengundang sejuta kerinduan. Namun, ada yang sedikit berbeda disini. Di
novel ini saya seolah disadarkan bahwa “cinta apa adanya” itu memang ada. Saya
menemukannya dalam kisah cinta Eleanor & Park.
Buku ini juga menghadirkan bagaimana
situasi yang harus dihadapi Eleanor sebagai anak baru, yang sering kali di
‘bully’ oleh beberapa gadis yang tidak menyukainya. Juga sikap Eleanor
menghadapi keluarganya (terutama ayah tiri yang ia benci)
Bagaimana Park seolah tersihir dengan
kehadiran Eleanor. Bagaimana suasana hati Park kala merindukan kehadian Eleanor
membuat emosi saya naik turun. Saya belum pernah menemukan kisah cinta yang
“sweet” seperti kisah cinta mereka. Entah kenapa setiap kegiatan yang dilakukan
Park dan Eleanor selalu membuat saya deg-degan. Saya selalu merindukan kegiatan
yang dilakukan kedua anak itu.
Ada sepenggal cerita yang sangat saya
ingat dari buku ini, saat Park menelpon dan mengatakan bahwa ia tidak menyukai
Eleanor, tapi membutuhkannya. Ketika mendadak Eleanor ingin menutup teleponnya
(itu karena ia tidak ingin ketahuan ayahnya kalau ia sedang menelpon anak
laki-laki) dengan terburu Park bilang : “Eleanor—tunggu—aku mencintaimu.” Gimana
ini maksudnya?
Endingnya, nge-twist banget. Saya sampai sebal dibuatnya. Saya nggak mau ceritanya
berakhir. Entah kenapa saya ingin buku ini buat sekualnya >.<
Terlepas dari itu semua saya menyukai
cerita yang dihadirkan oleh penulis. Tak heran kalau novel ini juga pernah
meraih penghargaan di Goodreads sebagai Best Fiction Award 2013. Sebenarnya
saya ingin memberikan 5 bintang untuk novel ini. Namun, akhirnya 4 bintang
saja. Ada kekurangan yang membuat saya agak kecewa dengan buku ini. Pertama
terjemahannya, kedua covernya.
Terjemahannya membuat saya sedikit
pening waktu membaca. Di beberapa percakapan saya dibuat bingung dengan
terjemahannya. Saya sampai berkata ‘Ini apa maksudnya?’ Lalu, covernya, saya
pribadi merasa covernya aneh. Iya..aneh. Saya malah lebih suka dengan cover
asli baratnya yang lebih simple. Nggak pas aja gitu, ceritanya “sweet” tapi
covernya kok gitu ya? Padahal kalau terjemahan dan covernya sedikit bagus lagi,
saya bisa saja memberikan 5 bintang untuk novel ini.
0 komentar:
Posting Komentar