Nama Penulis : Lee Myung-bak
Penerbit : Pustaka Inspirasi
Tanggal Terbit : Juni 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-97069-7
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Penyunting : Abu Ibrahim
Pewajah Sampul : Hussein
Pewajah Isi : Nurhasanah Ridwan
Sinopsis :
Terlahir setelah perang Korea, Lee Myung-bak
ditakdirkan hidup dibawah garis kemiskinan. Hidup bersama adiknya di kuil tua,
Lee Myung-bak selalu kelaparan menjalani hari-harinya. Setelah lulus, Lee
Myung-bak pindah ke Seoul.
Demi membiayai kuliah. Lee Myung-bak menjadi tukang
sampah di pasar. Setiap pagi mengisi gerobak sorong dengan sampah, lalu
mengangkutnya sejauh beberapa kilometer. Setiap hari bolak-balik enam kali
melalui rute yang berbukit-bukit.
Begitu sulitnya kehidupan Lee Myung-bak, namun dia
dapat menjadi direktur utama Hyundai Construction pada umur 35 tahun dan
menjadi Presiden Korea Selatan pada umur 67 tahun. Tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini.
My Review :
Awalnya saya tidak sempat berpikir ingin membaca
novel inspiratif seperti ini *saya akui, saya lebih suka novel bergenre
fantasy, thriller dan romance. Sama sekali tak pernah berpikir ingin membaca
buku yang seperti ini.
Saya dapat novel ini setelah memenangkan lomba di
facebook. Cukup menggembirakan, mengingat saya tidak begitu yakin akan memang.
Saya tertarik dengan buku ini setelah membaca cerita di belakang sampulnya. Dan
setelah sampai dirumah, tanpa pikir panjang saya langsung membacanya. Dan
inilah kesan-kesan saya saat membacanya. Yuk disimak !! ^-^
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan buku
ini. Saya sampai bingung mau memberi review seperti apa. Menurut saya buku ini
sudah mencakup semuanya. Menarik, iya. Penuh inspirasi, juga iya. Menguras
emosi, iya. Mengharukan, iya. Hebat,
iya. And I Love This Book^^
Buku ini cukup menarik. Idenya juga masih fresh, karena mengangkat kisah
perjalanan + perjuangan seseorang dari zero
to hero. Penggabungan alurnya juga seimbang. Malah saya rasa begitu baik
dan berurutan. Beberapa kisah flashback
yang ditonjolkanpun begitu terasa.
Saya sempat berpikir, apa iya beliau (Lee Myung-bak)
pernah mengalami semua ini ? Semiskin apasih ? Sampai-sampai berulang kali beliau
kelaparan ?
Ya, saya akui, banyak hal yang harus dilalui sebelum
mencapai kesuksesan. Banyak rintangan. Kadang kita akan jatuh berkali-kali.
Gagal berkali-kali. Seperti sebuah pepatah, “Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian.”
Sifat pantang menyerah dan pekerja keras saya
temukan dalam diri Lee Myung-bak. Karena sudah muak akan kemiskinan yang
membelenggu keluarganya, ia bertekad untuk merubah semuanya. Ia ingin berhasil,
ia ingin setidaknya memperbaiki kehidupan keluarganya. Ia tidak ingin lagi
kelaparan dan ingin lepas dari kemiskinan. Ia juga tak pernah menganggap
kemiskinan sebagai alasan. Kemiskinan justru membantu memperkuat semangatnya.
Dan ia berketad tak akan membiarkan kemiskinan itu mencekiknya.
“Dulu,
kami hidup dalam tekanan dan sangat mendambakan kehidupan yang lebih baik.
Inilah yang menggerakkan kami untuk melakukan apa yang dianggap mustahil oleh
banyak orang.” (hal.11)
Lee Myung-bak melalukan banyak pengorbanan yang
menjadikan mozaik dirinya begitu indah dan kaya. Inilah kisah buku yang amat
sangat luar biasa dan mengagumkan. Buku yang berkisah tentang seorang bocah miskin
dari Pohang yang mampu menjadi Presiden Korea Selatan. Amazing !!
Dan saya tahu, dalam bukunya ini ia ingin
menceritakan pada semua orang bahwa tidak ada rintangan yang menghalangi
seseorang untuk menjadi besar. Asalkan ada kemauan dan keyakinan untuk
berjuang, pasti ada jalan yang menuntun kita untuk bisa meraih mimpi dan
kesuksesan.
“Tantangan
kerap memunculkan ketakutan, tetapi juga mengeluarkan potensi diri.”
(hal.13)
Saya tak henti-hentinya berdecak kagum. Saya juga kagum
dengan keluarga Lee Myung-bak. Terutama ibunya. Ya, sedari kecil Lee Myung-bak
di didik ibunya dengan baik. Peran didikan ibunya inilah yang saya yakin
membuat Lee Myung-bak bisa sampai sekarang ini (bisa menjadi CEO Hyundai Construction
dan Presiden). Ibu Lee Myung-bak selalu bekerja keras. Mungkin sifat inilah yang
menurun kepada Lee Myung-bak.
Saya bahkan terkikik geli ketika ibunya menyuruh Lee
Myung-bak membantu tetangganya. Ketika Lee Myung-bak memprotes, ibunya segera
berkata, “Tetangga itu lebih dekat
daripada kerabat.” Dan setelah saya pikir, hal itu memang benar. Orang
pertama yang akan membantu kita dalam keadaan mendesak adalah tetangga. Orang
yang mengetahui kalau kita sakit atau akan mengadakan hajatan juga tetangga
duluan. Sementara kerabat, kalau ia tinggalnya jauh, ia akan jadi orang kedua.
Hal lain yang saya kagumi dari sosok ibu Lee Myung-bak adalah dia ingin
anak-anaknya belajar untuk melayani dengan tulus. Namun saya menyayangkan satu
hal, bahwa ibu Lee Myung-bak dalam mimpinya pun ia tidak bisa lepas dari kemiskinan.
Tentang perjalanan hidupnya, saya akui tidak mudah. Kalau
saya menjadi dirinya, mungkin saya tidak sanggup. Membayangkan harus mengisi
gerobak sorong dengan sampah lalu mengangkutnya sejauh beberapa kilometer
sampai enam kali atau bahkan lebih membuat saya bergidik. Saya benar-benar
tidak akan sanggup. Dan Lee Myung-bak memang hebat. Ia benar-benar berhasil
tanpa ada kata “MENYERAH.”
Saat menjadi CEO Hyundai Construction pun berbagai
cobaan pernah menimpanya. Namun ia berhasil mengatasi semuanya. Saat memasuki
dunia politik dan memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota Seoul
*namun kalah dalam pemilihan, ia juga bersikap sportif. Ia menerima kekalahan
itu. Dan saat ia berhasil menjadi wali kota Seoul tahun 2002, ia melakukan
banyak perubahan. Sosoknya benar-benar hebat dimata saya. Dan pada tahun 2007
beliau mendapat kesempatan lain untuk melayani negaranya. Beliau terpilih
sebagai Presiden Republik Korea yang ke-17.
Ia pernah kelaparan, ia pernah tinggal di kuil tua, ia
pernah kesulitan saat ingin masuk SMA, ia pernah dipenjara saat menjadi aktivis
mahasiswa yang menentang pemerintah, ia pernah kesulitan mencari pekerjaan, dan
ia pernah dihajar oleh orang-orang mabuk saat melindungi sebuah brankas. Itulah
gambaran kecil dari kehidupan yang begitu memilukan dan penuh perjuangan
sebelum akhirnya ia mencecap manisnya menjadi seorang CEO Hyundai Construction
dan Presiden Korea.
Saya tidak banyak menemukan kekurangan dalam buku
ini. Terjemahannya sangat bagus. Terimakasih kepada para penerjemah, penyunting,
juga orang-orang yang telah menjadikan buku ini ada. Dan novel ini benar-benar
penuh inspirasi. Buku yang berisi kisah mengharukan ini, mampu membuat hati
saya terketuk. Saya ingin mimpi-mimpi saya menjadi nyata. Maka dari itu,
berulang kali saya mengingatkan diri untuk terus bekerja keras dan pantang
menyerah. Dan buku ini banyak memberi manfaat untuk pembacanya. Overall, saya benar-benar tidak kecewa
setelah membaca buku ini. Kisah yang mengagumkan dan hebat ini, akan terus saya
ingat. Dan satu kata yang bisa menggambarkan buku ini "Daebakk...."
“Bagi
bocah miskin dari Pohang, perjalanan ini telah menjadi petualangan besar dan,
yang terpenting, kehormatan besar.” (hal.400)
Ada beberapa quotes yang saya sukai dari novel ini,
diantaranya :
- 1 “Kuburkan orang-orang yang kaucintai dalam hatimu. (hal.23)
- 2 “Tak ada yang perlu disembunyikan. (hal. 38)
- 3 “Jika Negara merintangi salah satu warganya untuk hidup mandiri maka Negara berutang banyak kepada orang itu. (hal.82)
- 4 “Orang tolol yang bekerja keras sangat berbahaya. (hal.182)
- 5 “Siapapun bisa menjadi pekerja keras, tetapi lebih penting menjadi pekerja cerdas. (hal. 223)
- 6 “Lebih baik melupakan yang bagus-bagus dan justru mengingat yang buruk-buruk. (hal. 224)
- 7 “Faktor terpenting agar Negara terbebas dari kemiskinan adalah dengan mengubah jalan pikir rakyatnya. (hal.257)
- 8 “Tanpa belajar menerima masa lalu, kita tidak dapat bergerak maju dan melihat kehendak Tuhan.
- 9 "Miskin menjadikan kehidupan tidak nyaman, tapi kita tidak perlu malu akan hal itu. Jika ingin lepas dari kemiskinan, kalian harus bekerja sangat keras. Tak akan ada orang lain yang melakukannya untuk kalian.
1
0 komentar:
Posting Komentar