Review #5 NUMBERS

on Senin, 20 Oktober 2014


 
Judul : NUMBERS
Nama Penulis : Rachel Ward
Penerbit : Ufuk Fiction
Pewajah Sampul : Apung Donggala
Penerjemah : Dina Begum
Penyunting : Siti Aenah
Pemeriksa Aksara : Tendy Yulianes Susanto
Tanggal Terbit : Februari 2012
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-9159-78-3




Sinopsis :
Bagaimana reaksimu saat kau pergi ke suatu pusat keramaian dan mendapati kalau orang-orang yang berada di sana semuanya memiliki nomor yang sama, tanggal kematian yang sama, hari itu juga ? Itulah yang dialamai oleh Jem, cewek yatim-piatu berusia 15 tahun yang punya kelebihan tak biasa: mampu melihat tanggal kematian seseorang. Saat bertemu Spider, cowok yang diketahuinya hidupnya hanya tinggal beberapa minggu lagi, kehidupan Jem berubah total.

Bersiaplah untuk mengikuti petualangan baru nan seru ini. Apa nomormu sudah dipanggil ?

My Review :
Hello ! \(^-^)/ Kembali dengan Si Kutu Buku ini. Hari ini saya mau me-review novel NUMBERS karya Rachel Ward. Mau tahu kisahnya ? Yuk, mari disimak sama-sama.

“Jangan percaya omong kosong tentang memberikan kesempatan kepada semua orang.” (hal.5)

Jem memiliki kelebihan yang tidak biasa yaitu mampu melihat tanggal kematian seseorang. Bahkan ia tahu kematian ibunya sendiri. Setiap hari, ketika ia melihat orang-orang berjalan, nomor-nomor itu menghantuinya. Maka dari itu, ia selalu menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap mata seseorang. Ia terlalu takut untuk melihat nomor-nomor kematian mereka.

“Aku tidak suka menoleh ke belakang. Apa gunanya ? Masa lalu sudah berlalu, tak ada yang bisa kita perbuat untuk masa lalu sekarang.” (hal.38)

Setelah kematian ibunya, ia di adopsi oleh seseorang. Dan bersekolah dengan anak pemulung, anak nakal, anak yang bosan dan kesepian, anak-anak yang berbeda. Sampai ia bertemu dengan Spider. Awalnya Jem, tidak ingin berteman dengan siapapun. Namun anehnya, ia merasa nyaman dengan si besar mulut jangkung yang tidak bisa diam itu. Dan nomornya 15122009.

Petualangan mereka dimulai saat LONDON EYE mengalami serangan teroris. Jem dan Spider di duga penyebab pengeboman itu karena ada saksi mata yang melihat, sesaat sebelum terjadinya pengeboman itu mereka terlihat berlari keluar LONDON EYE.

Mereka kabur menuju pusat kota. Petualangan demi petualangan mereka lalui bersama. Sampai suatu ketika mereka menyadari ada perasaan aneh yang menggelitik. Mereka saling jatuh cinta.

Saya selalu tidak bisa menolak karakter-karakter yang digambarkan oleh penulisnya di buku ini. Terlebih lagi Spider. Ia anak yang tidak bisa diam, tukang memaki, kasar, canggung, dan bertanggung jawab. Dan ia juga menawan.

“Kalau kau benar-benar ingin melakukan ini, aku akan melakukannya bersamamu. Kita akan pergi bersama. Aku mencintaimu….aku tidak ingin orang lain atau apa-apa lagi.” (hal.439)

Well, rasaya saya sudah masuk dalam ceritanya. Karena beberapa kali saya senyum-senyum sendiri membaca kisah yang satu ini. Spider benar-benar memukau. Dan saya menyadari satu hal, saya selalu terpesona akan karakter  laki-laki yang digambarkan di novel-novel barat. Mereka menggambarkan karakter laki-lakinya begitu sempurnya.

Saya kira akan ada proses yang lama saat Jem dan Spider bertemu. Tapi ternyata isi ceritanya to the point dan saya suka. Di halaman awal, Jem dan Spider sudah bertemu. Malah, dalam novel ini mereka terlihat sudah akrab meskipun Jem memilih sedikit menghindar. Penulis tidak menceritakan awal pertemuan mereka. Namun, disinilah kelebihannya. Penulis tidak bertele-tele dalam menceritakannya. Dan karena alasan inilah, saya tidak merasa bosan untuk membalikkan halaman demi halaman sampai akhir. Ending-nya memang menggantung, namun bukankah saat ini ending yang seperti itu sedang populer. Jadi, mau ending seperti apapun, saya akan tetap menyukai kisah Jem dan Spider ini.


0 komentar:

Posting Komentar