Judul
: NUMBERS
Nama
Penulis : Rachel Ward
Penerbit : Ufuk Fiction
Pewajah Sampul : Apung Donggala
Penerjemah : Dina Begum
Penyunting : Siti Aenah
Pemeriksa Aksara : Tendy Yulianes
Susanto
Tanggal
Terbit : Februari 2012
Edisi
: Cetakan Pertama
ISBN
: 978-602-9159-78-3
Sinopsis
:
Bagaimana
reaksimu saat kau pergi ke suatu pusat keramaian dan mendapati kalau
orang-orang yang berada di sana semuanya memiliki nomor yang sama, tanggal
kematian yang sama, hari itu juga ? Itulah yang dialamai oleh Jem, cewek
yatim-piatu berusia 15 tahun yang punya kelebihan tak biasa: mampu melihat
tanggal kematian seseorang. Saat bertemu Spider, cowok yang diketahuinya
hidupnya hanya tinggal beberapa minggu lagi, kehidupan Jem berubah total.
Bersiaplah
untuk mengikuti petualangan baru nan seru ini. Apa nomormu sudah dipanggil ?
My
Review :
Hello
! \(^-^)/ Kembali dengan Si Kutu Buku ini. Hari ini saya mau me-review novel
NUMBERS karya Rachel Ward. Mau tahu kisahnya ? Yuk, mari disimak sama-sama.
“Jangan percaya omong
kosong tentang memberikan kesempatan kepada semua orang.”
(hal.5)
Jem
memiliki kelebihan yang tidak biasa yaitu mampu melihat tanggal kematian
seseorang. Bahkan ia tahu kematian ibunya sendiri. Setiap hari, ketika ia
melihat orang-orang berjalan, nomor-nomor itu menghantuinya. Maka dari itu, ia
selalu menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap mata seseorang. Ia terlalu
takut untuk melihat nomor-nomor kematian mereka.
“Aku tidak suka menoleh
ke belakang. Apa gunanya ? Masa lalu sudah berlalu, tak ada yang bisa kita
perbuat untuk masa lalu sekarang.” (hal.38)
Setelah
kematian ibunya, ia di adopsi oleh seseorang. Dan bersekolah dengan anak
pemulung, anak nakal, anak yang bosan dan kesepian, anak-anak yang berbeda.
Sampai ia bertemu dengan Spider. Awalnya Jem, tidak ingin berteman dengan
siapapun. Namun anehnya, ia merasa nyaman dengan si besar mulut jangkung yang
tidak bisa diam itu. Dan nomornya 15122009.
Petualangan
mereka dimulai saat LONDON EYE mengalami serangan teroris. Jem dan Spider di
duga penyebab pengeboman itu karena ada saksi mata yang melihat, sesaat sebelum
terjadinya pengeboman itu mereka terlihat berlari keluar LONDON EYE.
Mereka
kabur menuju pusat kota. Petualangan demi petualangan mereka lalui bersama.
Sampai suatu ketika mereka menyadari ada perasaan aneh yang menggelitik. Mereka
saling jatuh cinta.
Saya
selalu tidak bisa menolak karakter-karakter yang digambarkan oleh penulisnya di
buku ini. Terlebih lagi Spider. Ia anak yang tidak bisa diam, tukang memaki,
kasar, canggung, dan bertanggung jawab. Dan ia juga menawan.
“Kalau kau benar-benar
ingin melakukan ini, aku akan melakukannya bersamamu. Kita akan pergi bersama.
Aku mencintaimu….aku tidak ingin orang lain atau apa-apa lagi.”
(hal.439)
Well,
rasaya saya sudah masuk dalam ceritanya. Karena beberapa kali saya
senyum-senyum sendiri membaca kisah yang satu ini. Spider benar-benar memukau.
Dan saya menyadari satu hal, saya selalu terpesona akan karakter laki-laki yang digambarkan di novel-novel
barat. Mereka menggambarkan karakter laki-lakinya begitu sempurnya.
Saya
kira akan ada proses yang lama saat Jem dan Spider bertemu. Tapi ternyata isi
ceritanya to the point dan saya suka.
Di halaman awal, Jem dan Spider sudah bertemu. Malah, dalam novel ini mereka
terlihat sudah akrab meskipun Jem memilih sedikit menghindar. Penulis tidak
menceritakan awal pertemuan mereka. Namun, disinilah kelebihannya. Penulis
tidak bertele-tele dalam menceritakannya. Dan karena alasan inilah, saya tidak
merasa bosan untuk membalikkan halaman demi halaman sampai akhir. Ending-nya memang menggantung, namun
bukankah saat ini ending yang seperti
itu sedang populer. Jadi, mau ending
seperti apapun, saya akan tetap menyukai kisah Jem dan Spider ini.
0 komentar:
Posting Komentar