[Review] Mantra Asmara

on Rabu, 08 April 2015


Judul : Mantra Asmara
Nama Penulis : Usman Arrumy
Penyunting : Dian Nafi
Desain Sampul : Muhammad Hidayatullah
Produser : Adi Sutanto
Tata Letak : Ahmad Ghoseen A.
Penerbit : Hasfa Publishing
Tanggal Terbit : April 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7693-10-4

Semesta Utopia
Jika kau hendak tahu definisi Masalalu
baca dan simaklah keseluruhanku sebagai rindu
lekas akan kautemu pemahaman baru bahwa,
kenangan selalu menawarkan duka yang purna

Tak usah khawatir hanya karena tak diabadikan takdir
Sajakku tak bakal berakhir memujamu di satu anasir
Ia akan tetap terbaca bahkan seribu tahun sepeninggalanku
: Menjadi dongeng paling sedih untuk meninabobokan zuriahmu

Tetaplah tersenyum agar ada yang selalu bisa kuperjuangkan
Sebab mungkin puncak ketakutanku adalah saat kau berlinangan

Dan malam, aku betah meratapi malam
Wilayah yang sering kukunjungi sebagai masa silam
Sebab di sana selalu terdapat wajahmu terserak
Di antara guguran cahya gemintang yang semarak

Maafkan bahwa aku masih merasa bahagia;
Menghayati setiap bagian dari dirimu sebagai hysteria
Maafkan bahwa mungkin aku tak sanggup lupa;
Pada senyummu ketika terakhir kali kita jumpa

Kau tertidur dan mimpi tentang yang bukan aku
Aku terjaga dan mendamba yang bukan dirimu
Kau dan aku mengada hanya di Semesta Utopia
: Ketabahan yang berjihad melawan trauma

Puisi diatas adalah salah satu puisi favorit saya yang ada di dalam novel “70 selected poems Mantra Asmara” ini. Bicara soal puisi, ini pertama kalinya saya membaca novel kumpulan puisi. Termasuk hal baru bagi saya.

Rasanya tidak akan pernah habis kata jika kita membicarakan tentang cinta, karena cinta adalah hal lumrah yang ditemui dalam kehidupan manusia. Apalagi jika kata-kata itu dikemas dalam bentuk puisi.

Dalam buku “70 selected poems Mantra Asmara” ini penulis menyuguhkan 70 puisi yang berkaitan dengan cinta. Tema yang memang digemari banyak orang. Cinta, bahasa ajaib yang selalu memuncaki peradaban manusia.

Bicara soal puisi, jujur saja saya bukan penikmat puisi. Dan membaca buku ini adalah hal baru bagi saya. Penggunaan diksi-nya menurut saya luar biasa. Sehingga menciptakan sebuah hasil karya yang mampu menggetarkan hati.

Penulis mampu meramu satu kata dengan satu kata yang lain hingga menjadi kalimat yang indah untuk dibaca. Namun, efek-nya adalah kadang saya dibuat pusing juga karena kurang mengerti dengan arti atau maksud dari puisinya, mengingat penggunaan diksinya yang terlalu banyak mengumbar mutiara.

Saya akui membuat sebuah puisi itu tidak mudah. Kalau kita tidak mahir menggabungkan satu kata dengan satu kata lainnya / kurang mengerti tentang unsur-unsur dalam puisi, puisi yang dibuatpun tak akan memberikan kesan bagi para pembacanya.

Menurut saya jenis puisi yang dihadirkan oleh penulis dibuku ini masuk pada tingkat usia dewasa mengingat beberapa isi dan gaya penulisannya lebih condong pada konflik-konflik cerita cinta orang dewasa. Meskipun begitu, melalui puisi-puisi ini saya berhasil merasakan emosi yang coba dihadirkan oleh penulis. Bukan hanya emosi kegembiraan namun juga emosi kesedihan, kerinduan serta hati yang terluka karena derita asmara.




0 komentar:

Posting Komentar