Judul : Gerobak Lee Myung-bak
Nama Penulis : Lee Myung-bak
Penerjemah : Lulu Fitri Rahman
Penyunting : Abu Ibrahim
Pewajah Sampul : Hussein
Pewajah Isi : Nurhasanah Ridwan
Penerbit : Pustaka Inspirasi
Tanggal Terbit : Juni 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-97069-7
Rating : 5 dari 5 bintang
“Lebih
baik melupakan yang bagus-bagus dan justru mengingat yang buruk-buruk. –hal.
224
Awalnya saya tidak sempat berpikir ingin membaca
novel inspiratif seperti ini *saya akui, saya lebih suka novel bergenre
fantasy, thriller dan romance. Sama sekali tak pernah berpikir ingin membaca
buku yang seperti ini.
Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan buku
ini. Saya sampai bingung mau memberi review seperti apa. Menurut saya buku ini
sudah mencakup semuanya. Menarik, iya. Penuh inspirasi, juga iya. Menguras
emosi, iya. Mengharukan, iya. Hebat,
iya. And I Love This Book^^
Buku ini cukup menarik. Idenya juga masih fresh, karena mengangkat kisah
perjalanan + perjuangan seseorang dari zero
to hero. Penggabungan alurnya juga seimbang. Malah saya rasa begitu baik
dan berurutan. Beberapa kisah flashback
yang ditonjolkanpun begitu terasa.
Saya sempat berpikir, apa iya beliau (Lee Myung-bak)
pernah mengalami semua ini ? Semiskin apasih ? Sampai-sampai berulang kali beliau
kelaparan ?
Ya, saya akui, banyak hal yang harus dilalui sebelum
mencapai kesuksesan. Banyak rintangan. Kadang kita akan jatuh berkali-kali.
Gagal berkali-kali. Seperti sebuah pepatah, “Bersakit-sakit
dahulu bersenang-senang kemudian.”
Sifat pantang menyerah dan pekerja keras saya
temukan dalam diri Lee Myung-bak. Karena sudah muak akan kemiskinan yang
membelenggu keluarganya, ia bertekad untuk merubah semuanya. Ia ingin berhasil,
ia ingin setidaknya memperbaiki kehidupan keluarganya. Ia tidak ingin lagi
kelaparan dan ingin lepas dari kemiskinan. Ia juga tak pernah menganggap
kemiskinan sebagai alasan. Kemiskinan justru membantu memperkuat semangatnya.
Dan ia berketad tak akan membiarkan kemiskinan itu mencekiknya.
“Dulu,
kami hidup dalam tekanan dan sangat mendambakan kehidupan yang lebih baik.
Inilah yang menggerakkan kami untuk melakukan apa yang dianggap mustahil oleh
banyak orang.”
–hal.11
Lee Myung-bak melakukan banyak pengorbanan yang
menjadikan mozaik dirinya begitu indah dan kaya. Inilah kisah buku yang amat
sangat luar biasa dan mengagumkan. Buku yang berkisah tentang seorang bocah
miskin dari Pohang yang mampu menjadi Presiden Korea Selatan. Amazing !!
Dan saya tahu, dalam bukunya ini ia ingin
menceritakan pada semua orang bahwa tidak ada rintangan yang menghalangi
seseorang untuk menjadi besar. Asalkan ada kemauan dan keyakinan untuk
berjuang, pasti ada jalan yang menuntun kita untuk bisa meraih mimpi dan
kesuksesan.
“Tantangan
kerap memunculkan ketakutan, tetapi juga mengeluarkan potensi diri.”
–hal.13
Saya tak henti-hentinya berdecak kagum. Saya juga kagum
dengan keluarga Lee Myung-bak. Terutama ibunya. Ya, sedari kecil Lee Myung-bak
di didik ibunya dengan baik. Peran didikan ibunya inilah yang saya yakin
membuat Lee Myung-bak bisa sampai sekarang ini (bisa menjadi CEO Hyundai Construction
dan Presiden). Ibu Lee Myung-bak selalu bekerja keras. Mungkin sifat inilah yang
menurun kepada Lee Myung-bak.
Saya bahkan terkikik geli ketika ibunya menyuruh Lee
Myung-bak membantu tetangganya. Ketika Lee Myung-bak memprotes, ibunya segera
berkata, “Tetangga itu lebih dekat
daripada kerabat.” Dan setelah saya pikir, hal itu memang benar. Orang
pertama yang akan membantu kita dalam keadaan mendesak adalah tetangga. Orang
yang mengetahui kalau kita sakit atau akan mengadakan hajatan juga tetangga
duluan. Sementara kerabat, kalau ia tinggalnya jauh, ia akan jadi orang kedua.
Hal lain yang saya kagumi dari sosok ibu Lee Myung-bak adalah dia ingin
anak-anaknya belajar untuk melayani dengan tulus. Namun saya menyayangkan satu
hal, bahwa ibu Lee Myung-bak dalam mimpinya pun ia tidak bisa lepas dari
kemiskinan.
Tentang perjalanan hidupnya, saya akui tidak mudah. Kalau
saya menjadi dirinya, mungkin saya tidak sanggup. Membayangkan harus mengisi
gerobak sorong dengan sampah lalu mengangkutnya sejauh beberapa kilometer
sampai enam kali atau bahkan lebih membuat saya bergidik. Saya benar-benar
tidak akan sanggup. Dan Lee Myung-bak memang hebat. Ia benar-benar berhasil
tanpa ada kata “MENYERAH.”
Saat menjadi CEO Hyundai Construction pun berbagai
cobaan pernah menimpanya. Namun ia berhasil mengatasi semuanya. Saat memasuki
dunia politik dan memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota Seoul
*namun kalah dalam pemilihan, ia juga bersikap sportif. Ia menerima kekalahan
itu. Dan saat ia berhasil menjadi wali kota Seoul tahun 2002, ia melakukan
banyak perubahan. Sosoknya benar-benar hebat dimata saya. Dan pada tahun 2007
beliau mendapat kesempatan lain untuk melayani negaranya. Beliau terpilih
sebagai Presiden Republik Korea yang ke-17.
Ia pernah kelaparan, ia pernah tinggal di kuil tua,
ia pernah kesulitan saat ingin masuk SMA, ia pernah dipenjara saat menjadi
aktivis mahasiswa yang menentang pemerintah, ia pernah kesulitan mencari
pekerjaan, dan ia pernah dihajar oleh orang-orang mabuk saat melindungi sebuah
brankas. Itulah gambaran kecil dari kehidupan yang begitu memilukan dan penuh
perjuangan sebelum akhirnya ia mencecap manisnya menjadi seorang CEO Hyundai
Construction dan Presiden Korea.
Saya tidak banyak menemukan kekurangan dalam buku
ini. Terjemahannya cukup bagus. Terimakasih kepada para penerjemah, penyunting,
juga orang-orang yang telah menjadikan buku ini ada. Dan novel ini benar-benar
penuh inspirasi. Buku yang berisi kisah mengharukan ini, mampu membuat hati
saya terketuk. Saya ingin mimpi-mimpi saya menjadi nyata. Maka dari itu,
berulang kali saya mengingatkan diri untuk terus bekerja keras dan pantang
menyerah. Dan buku ini banyak memberi manfaat untuk pembacanya. Overall, saya benar-benar tidak kecewa
setelah membaca buku ini. Kisah yang mengagumkan dan hebat ini, akan terus saya
ingat.
“Bagi
bocah miskin dari Pohang, perjalanan ini telah menjadi petualangan besar dan,
yang terpenting, kehormatan besar.”
–hal.400
0 komentar:
Posting Komentar