[Review] Cinderella Teeth

on Jumat, 25 Desember 2015


Judul : Cinderella Teeth
Penulis : Sakaki Tsukasa
Penerjemah : Nurul Maulidia
Penyunting : Nyi Blo
Proofreader : Dini Novita Sari
Ilustrasi Isi : @teguhra
Design Cover : Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Penerbit : Haru
Tanggal Terbit : Oktober 2015
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7742-63-5
Tebal : 272 halaman
Rating : 3 dari 5 bintang

Saki ditipu oleh ibunya sendiri hingga gadis itu harus bekerja di sebuah klinik dokter gigi. Padahal, ia benci dokter gigi!

Namun, musim panas itu akan menjadi musim panas yang berarti bagi Saki. Pasien-pasien yang berkunjung ke klinik tersebut ternyata memiliki rahasia-rahasia unik. Belum lagi, seorang pemuda di klinik tersebut mulai menarik perhatian Saki.

Dapatkah Saki menghadapi phobia-nya, pasien-pasien, dan cinta yang datang bersamaan dalam satu musim panas?
***
“Sesuatu yang tertanam di waktu kecil memang sulit hilang…”—Utako-san.

Adalah Kano Sakiko, mahasiswi tingkat dua berumur delapan belas tahun yang memiliki phobia terhadap dokter gigi. Pengalaman mengerikan itu terjadi sewaktu ia masih kecil. Ketika dirinya harus pergi ke dokter gigi bersama mamanya. Bau antiseptic dan dokter mencurigakan yang memakai masker sangat ia benci. Terlebih suara ngiiing! dari bor yang membuat telinga pekak mampu membuat Saki merasa gerahamnya ngilu.

Keputusan untuk mencari kerja paruh waktu yang sebenarnya untuk mengisi waktu luangnya saat liburan musim panas malah menjadi sebuah malapetaka untuknya. Saki mengira memo bertuliskan Shinagawa Guchi Clinic (Huruf kanji ‘guchi’ ini berbentuk bujur sangkar, bisa berarti mulut, tapi juga bisa berarti pintu) yang ditulis mamanya dengan terburu-buru itu semacam klinik penyakit dalam atau luar, atau bisa juga klinik anak. Namun, betapa terkejutnya Saki ketika di tempat yang ia tuju tersebut, bukan tertulis guchi, tetapi “D” yang berarti Shinagawa Dental Clinic.

Karena tidak bisa menolak, akhirnya pekerjaan barunya sebagai resepsionis di klinik tersebut ia terima. Berbagai hal-hal baru Saki dapatkan dari kerja paruh waktunya ini. Mulai para pegawai klinik tersebut yang ramah dan baik (Ada Minowa Utako, Nakano Kyoto, Kasuga Yuri— tiga perawat gigi, Dokter Shinagawa Yuki—Kepala Shinagawa Dental Clinic, Naruse Yoshihito dan Kano Tadashi—dokter gigi, Kasai Mizue—petugas administrasi, dan Yotsuya Kengo—tekniker gigi) pengetahuan baru tentang kesehatan gigi, kisah cintanya yang dimulai dari klinik ini serta rahasia dari pasien-pasiennya.

***
Akhirnya saya kembali bisa menyantap novel berlabel J-lit dari Penerbit Haru ini. Udah kangen rasanya sama karya-karya dari penulis Jepang. Novel yang bercerita mengenai phobia seorang gadis terhadap dokter gigi memang cukup menarik buat saya sewaktu buku ini akan terbit. Bicara soal dokter gigi, memang, siapa sih yang nggak takut. Waktu kecil dulu saya juga takut dengan dokter gigi, namun nggak sampai phobia seperti Saki ini. Seiring dengan saya dewasa, ketakutan itu perlahan menghilang. Malah, sewaktu kecil itu saya phobia sama ketinggian, yang bahkan sampai sekarangpun masih juga takut.

Dengan membaca novel ini saya lebih tahu bahwa sebenarnya dokter gigi itu nggak se-menyeramkan yang kita bayangkan kok. Coba baca kalimat ini:
“Saki, awalnya pasien datang ke sini karena merasa sakit di suatu bagian tubuh mereka dan cemas akan hal itu. Kalau hal itu di tambah dengan pertemuan yang tidak menyenangkan, ketidakbahagiaannya jadi dua kali lipat. Karena itu, di sini aku berpikir untuk sebisa mungkin mengurangi stress-nya.”—Paman Tadashi.

Nah, disini dokter gigi berupaya keras untuk membuat kita tenang. Bukannya membuat kita semakin ketakutan. Jadi buat kamu yang masih ngerasa dokter gigi itu menyakutkan, coba ubah pikiran itu dari sekarang deh. Mungkin agak sulit, namun kesan itu akan berubah kalau diberi perhatian setelahnya.

“Fobia pengobatan gigi adalah sebuah penyakit yang juga disebut dalam pelajaran medis.” –Yotsuya-san.
Rahasia-rahasia dari pasien yang ditangani Saki ini juga bermacam-macam lho. Saya akan menuliskan dua diantaranya:

Pasien 1: Nona Takatsu Yumi à Wanita karir yang datang ke klinik dengan alasan tambalan gigi belakangnya terlepas maka ia menginginkan perbaikan tambalan gigi. Wanita itu menginginkan pertemuan selanjutnya dua minggu lagi, namun sebelum dua minggu Saki kembali bertemu dengan wanita itu. Hal itu dikarenakan tiba-tiba seorang pria yang mengaku sebagai pacar Takatsu Yumi datang ke klinik dan marah-marah. Pria tersebut marah karena ia merasa perawatan di klinik ini terlalu lama dan dapat mempengaruhi kehidupan pacarnya. Lalu, sebenarnya apa yang terjadi? Rahasia apa yang disembunyikan oleh Takatsu Yumi dari pacarnya, padahal perawatan yang diberikan sesuai standar di klinik dan tidak terlalu memakan waktu?

Pasien 2: Yoshikazu Honjou à Pria dengan dua sifat. Awalnya pria ini menelpon klinik karena merasa giginya sakit saat tiba di kantor. Saat bicara di telepon, ia terdengar sangat ramah. Namun, saat akhirnya pria itu datang ke klinik, pria itu terkesan gampang kesal, seperti bertemperamen buruk. Ia juga selalu menutupi mulutnya dengan satu tangan dan dahinya berkerut, seolah giginya berlubang sangat dalam. Namun ketika Saki menderita flu, sikap pria bernama Honjou itu kembali lembut dan baik. Sebenarnya, ada apa di balik dua sifatnya itu?
Penasaran? Baca buku-nya sendiri aja deh. Kebanyakan nulis nanti jadi spoiler. Yang saya sayangkan dari buku ini adalah feel seorang Saki yang phobia terhadap dokter gigi kurang digali dengan baik. Greget-nya kurang. Oke, gini, harusnya yang namanya phobia itu, pasti bakal membuat penderitanya ketakutan. Namun, di dalam buku ini, karakter Saki terlihat lempeng-lempeng aja. Terlihat pasrah dan nrimo. Mungkin penulis mencoba membangun karakter Saki yang mencoba untuk melawan phobianya tersebut. Namun, kalau mendadak, rasanya nggak logis aja.

Membaca buku ini banyak memberikan pengetahuan baru bagi saya tentang kesehatan gigi serta penyakit apa saja yang bisa menyerang gigi kita. Jadi seperti sambil menyelam, minum air. Sambil menikmati isi dari cerita yang disuguhkan penulisnya, kita juga bisa belajar tentang kesehatan gigi.

Satu poin penting yang saya tangkap setelah membaca buku ini adalah:

“Sikat gigi itu penting.”

Jadi buat semuanya aja, jangan malas untuk sikat gigi pagi dan malam ya :D



33 komentar:

  1. Aku juga agak takut sama dokter gigi sih tapi gimana yaaa, kebutuhan mendesak agar ga takut dokter gigi lagi-,- tapi dari review blog sebelumnya di tambah review di sini makin bikin penasaran, kayanya emg terlalu banyak misteri di dalam novel ini:3

    BalasHapus
  2. Aku sih ga pernah takut ke dokter gigi. Emang bener, dokter gigi selalu melakukan apa pun untuk membuat pasiennya tenang. Misalnya, dojter gigi langganan aku. Setiap kali aku cabut gigi, ia selalu ngajak ngobrol mama aku, prosesnya jadi gak kerasa, dan bunyi 'krek!' nya jadi gak kedengeran deh :D over all, buku ini selain menghibur, sepertinya bisa menambah pengetahuan tentang dunia gigi.

    BalasHapus
  3. aku sama kayak Saki, takut dan nggak suka dokter gigi.. alat-alatnya horor dan suara nguing-nguing altnya itu juga mengerikan.
    aku kalo nemeni adek ke dokter gigi (puskesmas/klinik) aku lebih milih nunggu di luar jauh-jauh dari 'ruang eksekusi' deh.. haha
    entah apa jadina kalo aku yang jadi Saki, mungkin aku bakal cari-cari segala macem alesan buat batalin kerja.. :p

    BalasHapus
  4. Aku engga tau sebelumnya kalau ada yang namanya fobia pengobatan gigi ._. Lucu juga ya. Emang deh yang namanya fobia tuh ada-ada aja... Aku sih malah langganan ke dokter gigi jadi udah ga takut sama sekali, ga kayak Saki. soalnya dulu gigiku pernah dikawat hehe

    BalasHapus
  5. Penasaran dengan alur romansa atau humor yang mendominasi. :D :D

    BalasHapus
  6. dari Phobia turun ke Cinta ! eyyaakkk.... Ada-ada aja phobia dokter gigi, lah kalau dokter gigi nya ganteng gimana? :'v :D kebayang ekspesii Saki waktu ditipu mamanya ! Kzl minta ampun ! :'D :'D

    BalasHapus
  7. “Saki, awalnya pasien datang ke sini karena merasa sakit di suatu bagian tubuh mereka dan cemas akan hal itu. Kalau hal itu di tambah dengan pertemuan yang tidak menyenangkan, ketidakbahagiaannya jadi dua kali lipat. Karena itu, di sini aku berpikir untuk sebisa mungkin mengurangi stress-nya.”—Paman Tadashi.

    Waaa saat q baca ini baru q tau agar kita tdk stress terhadap sesuatu yg menenggangkan kita jngn membuat menjadu lebih seram kita tetap harus tenang

    Q ga sabar buat baca novel ini☺☺☺☺☺

    BalasHapus
  8. Phobia dokter gigi, hehe sama sih. Ngga pernah ke dokter gigi kalau sakit. Eh ini phobia malah kerja di kliniknya, hadeh. :D

    BalasHapus
  9. Ah bener banget kata Paman Tadashi. Aku juga takut sama dokter gigi, kalo ditambah pertemuan yang tidak menyenangkan malah bikin stres. Aku tertarik baca novel ini, karena setelah membaca novel ini mungkin aku akan berubah pikiran tentang dokter gigi-dan yang berhubungan dengan gigi.

    BalasHapus
  10. Hahaha, sampai saat ini pun saya paling males kalau harus "silaturahmi" sama dokter gigi. Disuntik di bagian lengan itu biasa, tapi membayangkan suntikan itu mampir ke gusiku, aku sudah merinding sendiri.
    Jadi penasaran dengan klinik gigi di novel ini, bagaimana caranya si dokter gigi membuat pasien seperti saya bisa lebih tenang dan gak horor dengan ruangan dokter gigi ?

    BalasHapus
  11. Sayang sekali kalo phobia Saki malah kurang digali, padahal salah satu rasa penasaranku baca novel ini karena penasaran dengan bagaimana sikap Saki saat diperhadapkan langsung dengan phobia-nya.. Apakah keringat dingin, atau gimana ?

    BalasHapus
  12. Oh poor saki! Mamanya saki baik bgt loh, nglakuin itu biar phobia saki itu hilang. Saki harus berterima kasih tuh sama mamanya, berkatnya dia jd tahu suasana yg terjadi di klinik dentist. Nah romance nya saki sama yotyusa itu, pertemuan yg gk elit sebenarnya. Masa mereka ketemu di tempat yg dibenci saki. Eh saki tempat yg dibenci itu membawa berkah lho

    BalasHapus
  13. Oh poor saki! Mamanya saki baik bgt loh, nglakuin itu biar phobia saki itu hilang. Saki harus berterima kasih tuh sama mamanya, berkatnya dia jd tahu suasana yg terjadi di klinik dentist. Nah romance nya saki sama yotyusa itu, pertemuan yg gk elit sebenarnya. Masa mereka ketemu di tempat yg dibenci saki. Eh saki tempat yg dibenci itu membawa berkah lho

    BalasHapus
  14. Aku penasaran dengan cerita yang lain. Sungguh, aku hampir ngakak lihat poin yang distabilo merah itu; sikat gigi itu penting. Serasa di iklan gigi, deh xD Aku suka dengan covernya yang imut-imut ini, kaya cewek rempong gitu kalo lihat covernya.

    BalasHapus
  15. Yang membuat seseorang takut sama dokter gigi mungkin karena sebagian yg pergi kedokter gigi itu pas waktu kecil, anak kecil pasti bakalan takut klo liat peralatan yg dipake sama dokter gigi dan juga ciri khas maskernya itu dan itu kebawa sampe kita besar

    BalasHapus
  16. Ternyata aku nggak jauh beda sama Saki. Dia langsung ngilu sampai ke graham belakang kalau denger bunyi ngiiing dari mesin bor. Kalau aku dulu malah langsung ngilu hanya dengan mendengar orang menyebut "dokter gigi". Gusiku langsung berdenyut-denyut sendiri. Tapi untungnya sekarang nggak gitu lagi. Hihihi :D

    BalasHapus
  17. Yah, aku juga takut dengan dokter gigi, sama dengan Saki. Tapi aku engga sampe phobia. cuma... cuma... cuma takut dengan jarum yang disuntikkan di gusi. Hiiii. udah pernah soalnya. Penasaran bangetn dengan J-Lit yang diterbitkan @penerbitharu.

    BalasHapus
  18. Penasaran banget sama kisah-kisah pasien-pasien di kliniknya. Unik ya, premisnya. Karena kerja di klinik dental, jadi bisa bersentuhan dengan kehidupan banyak orang.
    Setuju tuh, sikat gigi emang penting! :')

    BalasHapus
  19. Meskipun saya pribadi belum membaca kisahnya, tapi kurang-lebih saya sepakat dengan reviewer bahwa ketakutan Saki terhadap dokter gigi kurang digali. Padahal ide utama dari ceritanya sendiri adalah phobia Saki tapi keadaan memaksanya menghadapi ketakutannya sendiri. Saya tidak sabar untuk membaca novel J-Lit dari Haru, dan turut me-review secara menyeluruh kisahnya yang menarik.

    BalasHapus
  20. Jadi makin penasaran sama misteri - misteri yang ada dalam novel ini *A*)/
    Jarang - narang nemu novel yang pengemasannya menarik kayak 'Cinderella Teeth' ini, selagi baca kita juga bisa menambah pengetahuan >u<)b

    BalasHapus
  21. pengen banget baca buku Cinderella Teeth ini,
    tentang seorang gadis yang benci dengan dokter gigi.. Penasaran dengan kehidupan Saki selama bekerja di klinik dokter gigi ditengah-tengah kebenciannya dengan dokter gigi
    Jadi penasaran… :D

    BalasHapus
  22. Udah lama banget gak baca J-Lit Haru, semoga buku ini bisa jadi bacaan selanjutnya :)
    Banyak yang merekomendasi buku ini dan memberikan review positif. Tidak hanya seputar dokter gigi, tapi juga tentang rahasia. Hmm, apa yaa? Penasaran!

    BalasHapus
  23. Dari awal penerbit haru membeberkan novel ini saya sangat penasaran. Dari cover tentunya keren banget sedangkan dari review keren juga. Katanya sih banyak twist di dalam novel ini tapi saya belum dan tentu pengen baca ☺️

    BalasHapus
  24. Karena aku sering ke klinik dokter gigi, aku jadi berpikir apakah resepsionis yang sudah kukenal di sana juga seperti Saki--mengetahui sisi-sisi lain dari pasien-pasiennya. Aku penasaran dengan buku ini karena aku ingin tahu bagaimana cerita yang dituturkan dari sudut pandang seorang resepsionis yang phobia dokter gigi. Selain itu, kavernya yang imut malah tidak terkesan akan ada hal berbau 'phobia' di dalamnya :D

    BalasHapus
  25. “Saki, awalnya pasien datang ke sini karena merasa sakit di suatu bagian tubuh mereka dan cemas akan hal itu. Kalau hal itu di tambah dengan pertemuan yang tidak menyenangkan, ketidakbahagiaannya jadi dua kali lipat. Karena itu, di sini aku berpikir untuk sebisa mungkin mengurangi stress-nya.”—Paman Tadashi.

    Setuju niy sama paman Tadashi, melihat peralatan dokter gigi yang berbeda (menyeramkan) dengan dokter umum, memang sudah seharusnya dokter gigi berusaha keras meminimalisir stres pasien-pasiennya :D
    Aku juga pengin ikutan dapet ilmu tentang kesehatan gigi, karena itu mau banget baca novel ini!

    BalasHapus
  26. kalo baca kalimat yang paling akhir itu jadi keingat sama salah satu iklan sikat gigi di tipi yang pemainnya anak-anak SD... :D dan saya juga setuju dengan kalimat ini “Sesuatu yang tertanam di waktu kecil memang sulit hilang…” buktinya saya benar-benar gak suka sama yang namanya jengkol ataupun pete, padahal teman-teman saya sangat mengidolakan kedua makanan tsb tapi krn sewaktu kecil nenek saya menanamkan kepada saya kalo makan jengkol dan pete, nanti saya gak bisa mengaji, dari situ saya paling anti sama kedua makanan tsb bahkan sampai sekarang... *malah curcol* :D hihih

    Terima kasih reviewnya ya ^^

    BalasHapus
  27. Liburan musim panas Saki yang penuh tantangan. Masuk dalam trik ibunya, ia menjadi resepsionis di klinik Shinagawa Dental Klinik.

    Pobia Saki takut dengan dokter gigi. Dan ia menjadi bagian dari kinik gigi. Hmm...kontradiksi ya?

    Jadi tambah ingin membaca kisah Saki :) Sepertinya menarik sekali membaca pengalaman seseorang menaklukan pobianya, dan membaca pengalaman kerja paruh waktunya ^^

    BalasHapus
  28. Terus terang aku penasaran dengan karya Sakaki-sensei ini.
    Banyak yang mengatakan bahwa novelnya bagus dan juga jangan tertipu dengan covernya yang unyu-unyu, karena ternyata isinya lebih dari itu.
    Aku sudah coba mencari info tentang Sakaki-sensei di google, tapi kok ga nemu ya?
    Penasaran dengan karya Sakaki-sensei yang lain. Semoga sih Haru bisa rutin menerbitkan karya sensei yang lain. Karyanya yg pertama ini sudah membuatku jatuh cinta soalnya (meskipun baru membacanya dari review yg ada)

    BalasHapus
  29. Covernya benar-benar menipu ya.
    Kirain ini bakalan seperti novel bergambar yang mirip-mirip Blood Type gitu, tapi setelah baca reviewnya ternyata ini pure novel tulisan.
    Namun membaca review-review yang ada mengenai Cinderella Teeth, membuat siapapun yang membaca reviewnya pasti bakal merasa penasaran untuk membacanya.
    Lagipula aku selalu terkesan dengan buku-buku terbitan Haru. Sejauh ini buku-buku Haru belum pernah mengecewakanku. Maju terus Haru!

    BalasHapus
  30. Kalau bukan gara-gara ibunya, Saki nggak bakal deh nyoba buat sembuh dari phobianya XD
    Baca review-review Cinderella Teeth katanya banyak ilmu tentang gigi ya.. hmm.. pengen..

    BalasHapus
  31. Kalau aku sih sikat giginya 3 kali sehari malahan. Hehheeeee Oia, ntu ada salah ketik penulisan kayaknya ya (menyakutkan seharusnya menakutkan). Sebenarnya aku penasaran sama alat-alat dokter gigi. Segitu menakutkannya ya? Tapi, kalau dilihat dari bunyi mesinnya sih bikin bulu kuduk merinding juga. Hihihihiii Kalau aku sih bukan masalah takut banget sama dokter gigi. Takut sama biayanya. Heheheee Untuk Saki semangat!! Di novel ini juga ada beberapa pengetahuan tentang dunia kedokteran gigi, pengin mempelajari sehingga bisa campaign juga ke orang-orang kalau dokter gigi itu tidak semenakutkan yang mereka bayangkan.

    BalasHapus
  32. Dulu waktu SD sih aku gak takut sama dokter gigi tapi benci, gondok, marah karena waktu itu gigi aku dicopotnya gak cuma 1 tapi 2 sekaligus makanya aku benci banget kalo denger kata dokter gigi. Tapi seiring berjalannya waktu aku sadar mungkin waktu itu karna gigi aku udah jelek makanya dicabut, alhasil sekarang udah biasa aja kalo denger kata donkter gigi wkwk. Hemm baca riviewnya ka rany tambah bikin penasaran bikin gak sabar mau cepet cepet baca cinderlella teeth, walaupun aku juga meresa sama kaya ka rany setiap baca riview diblog lain juga kayanya si saki ini ko lempeng lempeng aja sama phobianya dia gak jejeritan kaya aku ngeliat darah malahan aku sampe muntah dan mau pinsan setiap ngeliat darah setetes pun atau gambarnya aja tapi ko si saki biasa aja walaupun setiap hari harus dengerin ngiung ngiungnya bor gigi yang dipake dokter gigi. Tapi gak nyurutin hasrat aku buat baca novel ini, apa lagi juga kayanya banyak pengetahuan baru yang ada dalam buku cinderlella teeth ini. Ahh jadi gak sabar, wish me luck dehh dan makasih ka rany atas riviewnya yang bikin aku tambah gak sabar buat baca cinderlella teeth hehe ^^

    BalasHapus