[Review] A Cup Of Tea – Menggapai Mimpi

on Senin, 09 Maret 2015



Judul : A Cup Of Tea – Menggapai Mimpi
Nama Penulis : Herlina P. Dewi, Reni Erlina, dkk
Penyunting : Herlina P. Dewi  & Reni Erlina
Desain Cover : Ike Rosana & Felix Rubenta
Layout Isi : Deeje
Proof Reader : Tikah Kumala
Pemberi Komentar/ Renungan : Faiz Hayana’ (Psikolog dan Motivator)
Penerbit : Stiletto Book
Tanggal Terbit : Februari 2012
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-96026-9-2

“Pelayaran di lautan luas tak terbatas tidak ada yang mulus. Adakalanya di tengah jalan terhantam ombak besar, badai, hujan, dan rintangan lain. Perjalanan untuk meraih cita-cita juga seperti itu, tidak mudah.” (hlm. 34)

Dalam buku ini berisi 20 cerita pendek karya 20 penulis yang menceritakan tentang cara mereka masing-masing dalam menggapai mimpi. Penulis-penulis yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini mungkin telah kalian kenal atau bahkan merupakan penulis favorit kalian.

Buku ini menawarkan tema dan rasa yang berbeda. Tentang bagaimana impian datang dan terwujud. Tentang berbagai macam kegagalan yang tanpa diduga menghasilkan keberhasilan. Seperti cerpen Pelangi Sehabis Hujan karya Lucya Chriz yang menggambarkan adanya berkat di balik setiap masalah. Ada juga cerpen Karena Impian Terus Bergerak karya Yoana Dianika, Tidak Ada Mimpi Yang Tidak Bisa Terwujud karya Ni Made Rimawati. Dan beberapa penulis yang saya kenal sebagai penulis novel romance, cerpen-cerpennya tampil beda di buku ini seperti My FairyTale – Evi Sri Rezeki, Mimpiku Dimulai Dari Selembar Foto - Glenn Alexei.

Jujur, membaca buku kumpulan kisah inspiratif ini membuat saya berulang kali ditampar. Bagaimana tidak, dalam 20 cerpen ini saya seolah diingatkan. Saya seolah sedang bercermin tentang diri saya sendiri. Tentang berbagai impian yang ingin saya raih namun berulang kali saya hiraukan karena sebuah kata bernama keputusasaan.

“Mimpi apapun dapat diraih kalau kita mau bekerja keras dan berusaha.” (hlm. 29)

Ada pula cerpen menarik lain yang berhasil memukau saya: Si Tengah – Harry Gunawan yang membuat saya terharu. Terharu dengan kisah perjuangan Si Tengah yang berulang kali gagal masuk perguruan tinggi. Bukan karena ia tidak lulus seleksi. Malah sebaliknya, ia berulang kali lulus seleksi. Hanya satu hambatannya, sebuah kata bernama “biaya” yang berulang kali membuat saya muak. Ya, muak karena satu kata itu mampu menghentikan mimpi seseorang. Namun, rupanya kegagalan tak membuat semangat Si Tengah runtuh.

“Mama, ini ketiga kalinya aku lulus. Jika kali ini pun Mama tidak bisa membiayai kuliahku, maka aku akan mencari lagi informasi mengenai jurusan yang lebih murah dan mengikuti tesnya lagi tahun depan.” (hlm. 103)

Itu salah satu dialog yang berhasil membuat air mata saya turun. Ughh…nangis juga saya ternyata.

Ada pula cerpen tentang keterbatasan yang membuat kita harusnya lebih bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini. Garis Yang Terputus karya Veny Mandasari. Tentang gadis penderita Dystonia yang di dalam cerpen ini diremehkan sewaktu ia akan mendaftar ke perguruan tinggi. Tentang bagaimana ia bangkit dan terus ikhlas menerima fisik yang ia miliki. Yang harus bersabar bahwa ternyata penyakitnya itu tidak dapat disembuhkan. Sampai akhirnya Tuhan memberikan jalan yang terbaik untuknya.

“Hal terbaik yang bisa kita lakukan saat seseorang meragukan kemampuan kita adalah terus berjalan ke depan dan berbisik dalam hati, “Lihat Nanti…” (hlm. 94)

Tapi, bukan berarti cerpen-cerpen yang tidak saya sebutkan jelek lho ya, hanya saja terlalu panjang jika saya harus mengulas satu per satu. Lebih baik kalian sendiri yang membaca dan membuktikannya. Saya sendiri merasa puas setelah menyelesaikan buku ini. Meskipun ada sedikit kekecewaan yang terselip. Ya, saya kecewa karena penggalan kisah yang disampaikan kurang panjang. Sehingga saya kurang begitu merasakan konflik yang tajam. Mungkin karena buku ini berisi 20 kumpulan kisah inspiratif makanya dibatasi.

Selesai membaca buku ini semangat saya dalam menggapai impian kembali berkobar. Bahwa sejatinya impian itu tidak bisa dihancurkan, hanya bisa berubah bentuk, kekal dan terus bergerak, dan yang terpenting adalah, selalu mensyukuri anugerah-Nya.

Dan saat ini, saya sedang berusaha untuk terus rajin belajar demi menghadapi Ujian Nasional tahun 2015 ini. Mohon doanya dari sahabat semua.

“Kita saling mendoakan untuk tetap teguh menjalani hidup, menjadi pewarna dalam kehidupan, menjadi penoreh prasasti dalam jalur masa yang akan kita tempuh. Selamat berjuang wahai Sang Pemenang, kita adalah bagian di dalamnya.” (hlm. 163)

4 komentar:

  1. Pembukaan yang bagus.
    “Pelayaran di lautan luas tak terbatas tidak ada yang mulus. Adakalanya di tengah jalan terhantam ombak besar, badai, hujan, dan rintangan lain. Perjalanan untuk meraih cita-cita juga seperti itu, tidak mudah.”

    http://anggreklestari.wordpress.com/

    BalasHapus
  2. Semoga lancar Ujian Nasional-nya ya :) Banyak berdoa dan jangan lupa semakin digiatin belajarnya^^

    BalasHapus