Judul : Cine Us
Nama Penulis : Evi Sri Rezeki
Penyunting : Dellafirayama
Penyelaras Aksara : Novia Fajriani, @kaguralian
Penata Aksara : Nurul M Janna
Perancang Sampul : Fahmi Ilmansyah
Penggambar Ilustrasi Isi : Anisa Meilasyari
Penerbit : Noura Books
Tanggal Terbit : Agustus 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7816-56-5
“Di dunia ini, ada dua hal yang pantas
diperjuangkan. Impian dan cinta. Namun melelahkan sekali kalau kita hanya
mengejar pengakuan dari orang lain. Kebanggaan itu berasal dari diri sendiri.”
(hlm. 281)
Berbeda
dengan kemarin saat saya baca Love Puzzle milik kak Eva, sekarang saya baca
Cine Us milik kembarannya, yaitu kak Evi. Wahh..kakak-kakak kembar ini hebat
ya. Bisa buat novel sendiri-sendiri.
Well,
Cine Us bercerita tentang gadis bernama Lena, yang terobesesi atau memiliki
impian menjadi seorang sineas. Bersama kedua sahabatnya, Dania dan Dion, ia
membentuk sebuah Klub Film yang dinamai Movie Club. Namun, klub yang ia dirikan
ini sepi peminat di sekolahnya. Berbagai usaha mulai dari membagikan pamflet
dalam acara pemutaran film, pembagian DVD gratis telah ia lakukan untuk menarik
minat teman-temannya. Namun tak ada satupun yang ikut. Perjuangannya dalam
mengembangkan Klub Film itu membuahkan hasil ketika ia bisa merekrut 7 siswa
kelas X untuk menjadi anggota Klub.
Namun
bukan sukses namanya kalau tidak ada cobaan. Berbagai cobaan sudah sangat
dirasakan oleh Klub Film ini. Mulai dari film mereka yang dikritik jelek,
Festival Film Remaja yang dijadikan taruhan, sampai kejadian mengejutkan yang
membuat saya sendiri terngaga.
Konfliknya
semakin terasa saat dalam Festival Film Remaja itu Lena ditantang oleh mantan
pacarnya, Adit, untuk memenangkan dua kompetisi sekaligus.
“Sehebat apapun seorang movie maker, dia
pasti pernah dikritik. Coba kalian pikir, film mana yang lolos kritikan ?
Sutradara sebesar apapun pernah mendapat kritikan. Karena itulah, mereka bisa
menjadi besar.” (hlm. 110)
Di
tengah gempuran kegelisahan yang melanda dirinya ia bertemu dengan cowok
misterius yang menyukai animasi. Cowok itu ia namai sebagai anak hantu karena
sering muncul tanpa diundang dan pergi begitu saja. Ia sampai harus kena
hukuman karena mencoba mencari data dari cowok itu. Namun keberuntungan malah
datang padanya. Ia bisa bertemu dengan cowok misterius itu di tengah
kesialannya. Bahkan Lena berusaha memaksa cowok misterius itu untuk masuk dalam
Klub Film. Cowok misterius bernama Rizki yang bersikap ringan, kocak dan
terkadang norak, tanpa memperlihatkan beban yang ia punya.
Banyak
sekali informasi atau istilah-istilah dalam pembuatan film pendek yang saya
dapat dari buku ini, tentang storyboard, timeline, budgeting, skenario, dll
yang berhubungan dengan pembuatan film pendek. Juga saya bisa merasakan emosi
yang memuncak saat berbagai cobaan terus saja menyerang Lena dan kawan-kawannya
dalam meraih mimpi.
Selain
menceritakan kegiatan seputar Klub Film, novel ini juga menceritakan aktivitas
siswa pada umumnya. Tentang susahnya mengerjakan ujian, dan juga peliknya kisah
cinta remaja.
“Bukankah orang sering kali bersikap
tolol ketika berhadapan dengan perasaan ?” (hlm. 119)
Sempat
menyayangkan karena kisah romansanya kurang kuat. But, no problem, itu
nggak jadi masalah sekarang. Karena apa ? Karena buku ini memang banyak
memusatkan isi ceritanya tentang mimpi. Mimpi Lena dan kawan-kawannya.
Melalui
novel ini saya belajar tentang banyak hal. Kepercayaan, kekuatan, perjuangan,
kebersamaan, kehilangan dan juga tentang mimpi-mimpi yang harus kita
perjuangkan dan wujudkan selama kita punya niat. Melalui tokoh Lena, saya
kembali bisa merasakan semangat untuk meraih cita-cita dan mimpi saya. Bahwa
tidak ada usaha dan pengorbanan yang sia-sia. Senang rasanya berpetualang
mengejar mimpi bersama gadis bernama Lena yang tidak pantang menyerah ini.
Ada
satu lagi kata yang berhasil membuat saya merenung, begini bunyinya :
“Setinggi apa pun impianmu, kamu hanya
butuh percaya. Seperti aku mempercayai impianku. Sertakan orang-orang yang kau
cintai dalam impianmu. Karena mereka adalah sumber kekuatan bagimu. Satu hal
lagi, Tuhan bersama kita yang berjuang.” (hlm. 280)
Terima kasih apresiasinya, Rany ^_^
BalasHapusSama-sama kak :)
Hapus