Judul
: A Cup Of Tea – Menggapai Mimpi
Nama Penulis : Herlina P.
Dewi, Reni Erlina, dkk
Penyunting
: Herlina P. Dewi & Reni Erlina
Desain Cover : Ike Rosana & Felix Rubenta
Layout Isi : Deeje
Proof Reader :
Tikah Kumala
Pemberi Komentar/ Renungan : Faiz Hayana’ (Psikolog dan
Motivator)
Penerbit
: Stiletto Book
Tanggal Terbit : Februari 2012
Edisi
: Cetakan Pertama
ISBN
: 978-602-96026-9-2
“Pelayaran di lautan
luas tak terbatas tidak ada yang mulus. Adakalanya di tengah jalan terhantam
ombak besar, badai, hujan, dan rintangan lain. Perjalanan untuk meraih
cita-cita juga seperti itu, tidak mudah.” (hlm. 34)
Dalam buku ini berisi 20 cerita
pendek karya 20 penulis yang menceritakan tentang cara mereka masing-masing
dalam menggapai mimpi. Penulis-penulis yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini
mungkin telah kalian kenal atau bahkan merupakan penulis favorit kalian.
Buku ini menawarkan tema dan rasa
yang berbeda. Tentang bagaimana impian datang dan terwujud. Tentang berbagai
macam kegagalan yang tanpa diduga menghasilkan keberhasilan. Seperti cerpen
Pelangi Sehabis Hujan karya Lucya Chriz yang menggambarkan adanya berkat di
balik setiap masalah. Ada juga cerpen Karena Impian Terus Bergerak karya Yoana
Dianika, Tidak Ada Mimpi Yang Tidak Bisa Terwujud karya Ni Made Rimawati. Dan beberapa
penulis yang saya kenal sebagai penulis novel romance, cerpen-cerpennya tampil
beda di buku ini seperti My FairyTale – Evi Sri Rezeki, Mimpiku Dimulai Dari
Selembar Foto - Glenn Alexei.
Jujur, membaca buku kumpulan kisah
inspiratif ini membuat saya berulang kali ditampar. Bagaimana tidak, dalam 20
cerpen ini saya seolah diingatkan. Saya seolah sedang bercermin tentang diri
saya sendiri. Tentang berbagai impian yang ingin saya raih namun berulang kali saya
hiraukan karena sebuah kata bernama keputusasaan.
“Mimpi apapun dapat diraih kalau kita mau bekerja keras dan
berusaha.” (hlm.
29)
Ada pula cerpen menarik lain yang
berhasil memukau saya: Si Tengah – Harry Gunawan yang membuat saya terharu.
Terharu dengan kisah perjuangan Si Tengah yang berulang kali gagal masuk perguruan
tinggi. Bukan karena ia tidak lulus seleksi. Malah sebaliknya, ia berulang kali
lulus seleksi. Hanya satu hambatannya, sebuah kata bernama “biaya” yang
berulang kali membuat saya muak. Ya, muak karena satu kata itu mampu
menghentikan mimpi seseorang. Namun, rupanya kegagalan tak membuat semangat Si
Tengah runtuh.
“Mama, ini ketiga kalinya aku lulus. Jika kali ini pun Mama
tidak bisa membiayai kuliahku, maka aku akan mencari lagi informasi mengenai
jurusan yang lebih murah dan mengikuti tesnya lagi tahun depan.” (hlm. 103)
Itu salah satu dialog yang berhasil
membuat air mata saya turun. Ughh…nangis juga saya ternyata.
Ada
pula cerpen tentang keterbatasan yang membuat kita harusnya lebih bersyukur
dengan apa yang kita miliki sekarang ini. Garis Yang Terputus karya Veny
Mandasari. Tentang gadis penderita Dystonia yang di dalam cerpen ini diremehkan
sewaktu ia akan mendaftar ke perguruan tinggi. Tentang bagaimana ia bangkit dan
terus ikhlas menerima fisik yang ia miliki. Yang harus bersabar bahwa ternyata
penyakitnya itu tidak dapat disembuhkan. Sampai akhirnya Tuhan memberikan jalan
yang terbaik untuknya.
“Hal terbaik yang bisa
kita lakukan saat seseorang meragukan kemampuan kita adalah terus berjalan ke
depan dan berbisik dalam hati, “Lihat Nanti…” (hlm. 94)
Tapi, bukan berarti cerpen-cerpen
yang tidak saya sebutkan jelek lho ya, hanya saja terlalu panjang jika saya
harus mengulas satu per satu. Lebih baik kalian sendiri yang membaca dan
membuktikannya. Saya sendiri merasa puas setelah menyelesaikan buku ini.
Meskipun ada sedikit kekecewaan yang terselip. Ya, saya kecewa karena penggalan
kisah yang disampaikan kurang panjang. Sehingga saya kurang begitu merasakan
konflik yang tajam. Mungkin karena buku ini berisi 20 kumpulan kisah inspiratif
makanya dibatasi.
Selesai membaca buku ini semangat
saya dalam menggapai impian kembali berkobar. Bahwa sejatinya impian itu tidak
bisa dihancurkan, hanya bisa berubah bentuk, kekal dan terus bergerak, dan yang
terpenting adalah, selalu mensyukuri anugerah-Nya.
Dan saat ini, saya sedang berusaha
untuk terus rajin belajar demi menghadapi Ujian Nasional tahun 2015 ini. Mohon
doanya dari sahabat semua.
“Kita saling mendoakan untuk tetap teguh menjalani hidup,
menjadi pewarna dalam kehidupan, menjadi penoreh prasasti dalam jalur masa yang
akan kita tempuh. Selamat berjuang wahai Sang Pemenang, kita adalah bagian di
dalamnya.” (hlm.
163)
Pembukaan yang bagus.
BalasHapus“Pelayaran di lautan luas tak terbatas tidak ada yang mulus. Adakalanya di tengah jalan terhantam ombak besar, badai, hujan, dan rintangan lain. Perjalanan untuk meraih cita-cita juga seperti itu, tidak mudah.”
http://anggreklestari.wordpress.com/
Makasih ya udah berkunjung^^
HapusSemoga lancar Ujian Nasional-nya ya :) Banyak berdoa dan jangan lupa semakin digiatin belajarnya^^
BalasHapusThank's buat doanya :)
Hapus