[Review] Finally You : Luka yang mempertemukan kita...
Cover depan
Cover belakang
Judul
: Finally You
Nama
Penulis : Dian Mariani
Penerbit : Stiletto Book
Editor : Herlina P. Dewi
Proof Reader : Weka Swasti
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Tanggal Terbit : Juni 2014
Edisi
: Cetakan Pertama
ISBN
: 978-602-7572-28-7
Sinopsis
:
Luisa dan Raka, dipersatukan oleh luka.
Luisa yang patah hati setelah ditinggal Hans, memilih
menghabiskan waktunya di kantor sampai malam. Bekerja tak kenal lelah. Siapa
sangka, ternyata bos di kantornya juga baru putus cinta. Mereka sama-sama
mencari pelarian. Mengisi waktu-waktu lengang selepas jam lembur dengan
menyusuri jalan-jalan padat ibu kota. Berdua. Membagi luka dan kecewa.
Antara bertahan pada kenangan, atau membiarkan waktu yang
menyembuhkan. Baik Luisa ataupun Raka membiarkan hubungan mereka berjalan apa
adanya. Hubungan yang dewasa tanpa ungkapan cinta. Mungkin rasa aman dan nyaman
bersama kenangan, membuat Luisa dan Raka malas menyesap rasa baru dalam
hubungan mereka.
Namun, bagaimana jika seiring berjalannya waktu, Raka mulai
benar-benar jatuh cinta ketika Luisa justru sedang berpikir untuk kembali
kepada Hans? Ternyata bukan tentang waktu. Bukan juga tentang masa lalu. Ini
tentang menemukan orang yang paling tepat untuk hidupmu.
“Kita hanya 2 orang
kawan yang bertemu kebetulan. Di persimpangan jalan. Ingin kembali ke masa lalu
yang nyaman atau sama-sama menatap ke masa depan ?”
(hlm. 91)
Mereka
dipertemukan oleh luka. Mereka menghabiskan waktu bersama, berharap dapat
melupakan masa lalu mereka yang penuh akan luka. Namun, siapa sangka bahwa luka
itu sendiri yang membawa mereka kepada sebuah kata bernama ‘Cinta’. Yang
kembali membuka luka lama mereka.
Sebut
saja Luisa. Seorang wanita yang lulus dari jurusan psikologi dan bekerja di sebuah
perusahaan farmasi. Ia dipertemukan oleh Raka—general manajer di tempatnya
bekerja—ketika Raka salah men-dial ke
extention Luisa.
Mereka
sama-sama pernah terluka. Sama-sama ingin beranjak dari masa lalu, tapi ragu.
Sama-sama ingin berjalan terus, tapi takut gagal lagi. Sama-sama tak tahu
hubungan ini akan dibawa ke mana, tapi juga enggan mengakhirinya.
Luisa
masih belum bisa melupakan masa lalunya bersama Hans—seseorang yang telah
menjadi pacarnya selama 4 tahun namun putus karena ada orang ketiga. Sementara Raka
masih belum bisa move on dari Saskia—seseorang
yang mengenal dirinya luar dan dalam.
Makan
malam adalah rutinitas baru Raka dan Luisa. Diawali dengan email dan i-message, dan
diakhiri dengan adegan Luisa mengendap-endap turun ke parkiran basement.
Bermula
dengan makan malam sepulang kantor yang tidak disengaja, berlanjut ke makan
malam yang direncanakan selepas lembur. Semuanya berjalan secara perlahan.
***
Akhirnya
selesai juga baca novel Finally You ini di tengah gempuran study hard buat UAS. Sempat pesimis nggak bakal bisa ikut lomba
ini, tapi untungnya ada waktu untuk menyelesaikan novel ini+ buat review-nya
juga. Say Alhamdulilah~~
Alur
cerita yang diangkat penulis cukup menarik. Penulis menggunakan alur maju dan
mundur. Selipan-selipan flashback
yang diangkat penulis semakin menonjolkan karakter dari novel ini. Saya suka
penggambaran karakter tokoh-tokoh dari novel ini. Memang karakter kedua tokoh
utama tidak dijelaskan secara gamblang di bagian awal, namun melalui teknik show don’t tell, di sepanjang cerita,
saya dapat menemukan bagaimana karakter mereka.
Luisa—di
novel ini karakter Luisa menurut saya digambarkan sebagai wanita cengeng.
Terbukti dengan beberapa adegan yang memperlihatkan karakternya :
Kini bayangan itu
terlihat buram. Dan tanpa bisa dihindari, ia terisak. Akhirnya tangisan itu
tumpah juga. (hlm. 12)
Luisa mengembangkan
senyumnya, walau sisa-sisa air mata masih ada di sana. (hlm. 55)
Luisa menyeka matanya
dengan tisu, lalu tersenyum kecil. (hlm. 87)
Raka—di
novel ini karakter Raka menurut saya yang paling susah dijelaskan. Ia tipe
laki-laki yang tidak pandai bermain kata-kata. Tapi saya agak geregetan juga.
Udah tahu disakiti tapi tetep aja bertahan. Tapi cinta memang kadang bisa
membuat seseorang tidak bisa berpikir secara rasional, kan ? Salut sama penulis
yang mampu menciptakan karakter aneh seperti Raka ini, yang terlihat enggan
meninggalkan masa lalu tapi entah kenapa malah jatuh cinta sama Luisa.
Penulis
berulang kali menampilkan konflik di dalam cerita ini. Namun, konflik yang
menurut saya paling kerasa itu waktu Luisa meminta penjelasan kepada Raka
tentang masa lalu Raka dengan Saskia.
“Apa
yang dia kasih ke kamu, sampai kamu nggak bisa lepas dari dia ?”
“Luisa…”
“Apa
benar, walaupun sudah putus, kamu dan dia masih sering tidur bareng ?”
“Aku
dan dia udah nggak ada apa-apa!”
“Tapi
kamu nggak bisa ninggalin dia, kan? Karena dia bisa kasih kamu apa pun yang
kamu mau. Iya, kan?”
Tapi…karakter
Luisa yang tadinya marah-marah dari penggalan percakapan di atas berubah
seperti tidak terjadi apa-apa.
“Ka?”
Luisa memanggil dengan cemas, melihat sosok di hadapannya seperti kehilangan
semua tenaganya. “Aku cuma bercanda.” Luisa tiba-tiba memeluk lengan Raka.
Perubahan
karakter Luisa terlalu signifikan. Masak habis bertengkar langsung baikan lagi.
Agak kurang seru. Padahal saya berharap eksekusinya nanti bakal nendang atau setidaknya
bisa membuat saya terkejut.
Dibandingkan
tokoh Luisa, saya menyukai tokoh Saskia. Kenapa ? Menurut saya penggambaran
tokoh Saskia begitu jelas dan kuat (meskipun tidak dijelaskan secara gamblang) hingga
saya bisa membayangkan seperti apa tokoh Saskia kalau di dunia nyata. Yang
keras kepala, kalau ingin sesuatu harus tercapai, pintar merajuk, dan tentu
saja cantik.
Untuk
tokoh Luisa, saya seperti menemukan diri saya dalam karakter tokoh wanita yang
satu ini, karena menyukai buku.
Terakhir
kali ke sini, Luisa betah duduk berjam-jam hanya dengan membaca buku sambil
menikmati secangkir cokelat panas di sudut kafe. (hlm. 124)
Sejak
kecil, ia suka sekali buku. Ia bisa betah menghabiskan waktu seharian di toko
buku. Ia suka wangi lembaran kertas-kertas buku yang baru dibuka segelnya.
(hlm. 124)
Benar-benar
seperti saya. Saya juga betah berjam-jam hanya dengan membaca buku sampai lupa
makan dan sempat dimarahi ibu gara-gara lupa waktu. Saya juga suka mencium
wangi lembaran kertas-kertas buku yang baru dibuka segelnya sampai temen saya
bilang kalau saya sudah kecanduan sama wangi-nya buku (^_^”)
Isi ceritanya memang to the point dan saya suka. Tapi efek-nya saya merasa
alurnya terlalu cepat
dan mendadak. Bagian cerita
flashback antara Luisa dan Hans (hlm.
21) itu juga akan lebih bagus kalau dibikin adegan tersendiri, bukan cuma
diceritakan lewat narasi (show, don’t
tell).
Selain itu, ada penempatan beberapa kata dalam bahasa Inggris
yang membingungkan menurut saya.
Seperti kalimat ini: “No prob, just call if you
need 911!” (hlm. 19). Daripada
menggunakan kata “prob”, alangkah baiknya jika diganti dengan “problem” (saya sebenarnya tahu maksudnya, tapi
awal baca, saya kira itu typo, jadi
lebih baik kalau ditulis yang sebenar-benarnya / jangan disingkat).
Hal lain
yang saya sukai
dari novel ini adalah
setting-nya. Saya juga suka penggambaran saat Luisa
di Café Buku. Cukup menambah pengetahuan, meskipun latar tempatnya masih bisa dieksplorasi lagi. Sebut saja latar tempat di
Singapura-nya. Saya kurang merasa diajak “jalan-jalan” oleh penulis. Padahal saya berharap setting Singapura-nya lebih ditonjolkan.
Terdapat beberapa kalimat yang tidak efektif dan tidak bisa saya mengerti,
seperti berikut ini :“Giliran siapa membayar?” –Luisa (hlm. 80) => Menurut saya kata ‘membayar’ diganti dengan kata ‘yang membayar’ atau ‘yang bayar’ mungkin bisa lebih mudah dipahami.
Dan sesiangan itu mereka hanya berkirim-kirim email sambil sesekali saling melirik dan tersenyum. (hlm. 81) => Menurut saya sesiangan itu harusnya ditulis ‘siang’
“Kamu….kenapa sih hobi banget
bikin aku nangis?”
“Me?” Raka menunjuk dadanya.
“Really?” Dikecupnya lesung pipi Luisa. “Padahal aku
sayang gini sama pacarnya.” (hlm. 274) => Sumpah…sampai
sekarang saya masih nggak ngerti sama dialog yang saya kasih warna merah itu ><
DIa kembali teringat kejadian tadi sore di Over Easy, resko kesukaan Raka yang ternyata punya segudang memori dengan Saskia. (hlm. 133) Seharusnya huruf “I” kapital diperbaiki dengan huruf kecil “i”
Jantung Raka seperti berhenti berdetak melihat Luisa ada di sana Kini matanya tak bisa lepas dari sosok di seberang itu. (hlm. 161) Nah, itu seharusnya sebelum kata “Kini” ada tanda baca titik T_T
Juga terdapat beberapa pengaturan margin yang berbeda, seperti di halaman 15, 82. Dan keterangan dengan penulisan font face yang salah.
Ka, aku pulang, ya.
Setengah jam kemudian, pesannya baru dibalas.
Take care.
Luisa langsung membalas lagi.
Gimana keadaan kamu, udah baikan?
Harusnya kata “Luisa langsung membalas lagi” itu font face-nya sama seperti kata “Setengah jam kemudian, pesannya baru
dibalas” karena merupakan kalimat penjelas. Beberapa kesalahan kecil di
atas bisa saja diperbaiki untuk cetakan selanjutnya.
Covernya
cukup menjelaskan isi dari novelnya. Gambar laki-laki dan wanita yang duduk
bersama itu mungkin digambarkan sebagai tokoh Luisa dan Raka. Tapi, warna
covernya kurang hidup menurut saya. Terlalu menitikberatkan pada satu warna,
jadi kesannya kurang menarik.
Untuk
ending-nya kurang twisted. Meskipun
begitu, saya cukup puas.
Karena ending-nya bikin saya speechless dan happy ending.
Ups, spoiler! ^^
Akhirnya
saya memberi 2,5 dari 5 bintang untuk novel ini.
Link Review Goodreads : https://www.goodreads.com/review/show/1127102889?book_show_action=false
Link Review Goodreads : https://www.goodreads.com/review/show/1127102889?book_show_action=false
0 komentar:
Posting Komentar