Review #17 Finally You

on Selasa, 09 Desember 2014



[Review] Finally You : Luka yang mempertemukan kita...
Cover depan

Cover belakang

Judul : Finally You
Nama Penulis : Dian Mariani
Penerbit : Stiletto Book
Editor : Herlina P. Dewi
Proof Reader : Weka Swasti
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Tanggal Terbit : Juni 2014
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-7572-28-7

Sinopsis :

Luisa dan Raka, dipersatukan oleh luka.
Luisa yang patah hati setelah ditinggal Hans, memilih menghabiskan waktunya di kantor sampai malam. Bekerja tak kenal lelah. Siapa sangka, ternyata bos di kantornya juga baru putus cinta. Mereka sama-sama mencari pelarian. Mengisi waktu-waktu lengang selepas jam lembur dengan menyusuri jalan-jalan padat ibu kota. Berdua. Membagi luka dan kecewa.

Antara bertahan pada kenangan, atau membiarkan waktu yang menyembuhkan. Baik Luisa ataupun Raka membiarkan hubungan mereka berjalan apa adanya. Hubungan yang dewasa tanpa ungkapan cinta. Mungkin rasa aman dan nyaman bersama kenangan, membuat Luisa dan Raka malas menyesap rasa baru dalam hubungan mereka.

Namun, bagaimana jika seiring berjalannya waktu, Raka mulai benar-benar jatuh cinta ketika Luisa justru sedang berpikir untuk kembali kepada Hans? Ternyata bukan tentang waktu. Bukan juga tentang masa lalu. Ini tentang menemukan orang yang paling tepat untuk hidupmu.

“Kita hanya 2 orang kawan yang bertemu kebetulan. Di persimpangan jalan. Ingin kembali ke masa lalu yang nyaman atau sama-sama menatap ke masa depan ?” (hlm. 91)

Mereka dipertemukan oleh luka. Mereka menghabiskan waktu bersama, berharap dapat melupakan masa lalu mereka yang penuh akan luka. Namun, siapa sangka bahwa luka itu sendiri yang membawa mereka kepada sebuah kata bernama ‘Cinta’. Yang kembali membuka luka lama mereka.

Sebut saja Luisa. Seorang wanita yang lulus dari jurusan psikologi dan bekerja di sebuah perusahaan farmasi. Ia dipertemukan oleh Raka—general manajer di tempatnya bekerja—ketika Raka salah men-dial ke extention Luisa.

Mereka sama-sama pernah terluka. Sama-sama ingin beranjak dari masa lalu, tapi ragu. Sama-sama ingin berjalan terus, tapi takut gagal lagi. Sama-sama tak tahu hubungan ini akan dibawa ke mana, tapi juga enggan mengakhirinya.

Luisa masih belum bisa melupakan masa lalunya bersama Hans—seseorang yang telah menjadi pacarnya selama 4 tahun namun putus karena ada orang ketiga. Sementara Raka masih belum bisa move on dari Saskia—seseorang yang mengenal dirinya luar dan dalam.

Makan malam adalah rutinitas baru Raka dan Luisa. Diawali dengan email dan i-message, dan diakhiri dengan adegan Luisa mengendap-endap turun ke parkiran basement.

Bermula dengan makan malam sepulang kantor yang tidak disengaja, berlanjut ke makan malam yang direncanakan selepas lembur. Semuanya berjalan secara perlahan.
 ***
Akhirnya selesai juga baca novel Finally You ini di tengah gempuran study hard buat UAS. Sempat pesimis nggak bakal bisa ikut lomba ini, tapi untungnya ada waktu untuk menyelesaikan novel ini+ buat review-nya juga. Say Alhamdulilah~~

Alur cerita yang diangkat penulis cukup menarik. Penulis menggunakan alur maju dan mundur. Selipan-selipan flashback yang diangkat penulis semakin menonjolkan karakter dari novel ini. Saya suka penggambaran karakter tokoh-tokoh dari novel ini. Memang karakter kedua tokoh utama tidak dijelaskan secara gamblang di bagian awal, namun melalui teknik show don’t tell, di sepanjang cerita, saya dapat menemukan bagaimana karakter mereka.

Luisa—di novel ini karakter Luisa menurut saya digambarkan sebagai wanita cengeng. Terbukti dengan beberapa adegan yang memperlihatkan karakternya :

Kini bayangan itu terlihat buram. Dan tanpa bisa dihindari, ia terisak. Akhirnya tangisan itu tumpah juga. (hlm. 12)

Luisa mengembangkan senyumnya, walau sisa-sisa air mata masih ada di sana. (hlm. 55)

Luisa menyeka matanya dengan tisu, lalu tersenyum kecil. (hlm. 87)

Raka—di novel ini karakter Raka menurut saya yang paling susah dijelaskan. Ia tipe laki-laki yang tidak pandai bermain kata-kata. Tapi saya agak geregetan juga. Udah tahu disakiti tapi tetep aja bertahan. Tapi cinta memang kadang bisa membuat seseorang tidak bisa berpikir secara rasional, kan ? Salut sama penulis yang mampu menciptakan karakter aneh seperti Raka ini, yang terlihat enggan meninggalkan masa lalu tapi entah kenapa malah jatuh cinta sama Luisa.

Penulis berulang kali menampilkan konflik di dalam cerita ini. Namun, konflik yang menurut saya paling kerasa itu waktu Luisa meminta penjelasan kepada Raka tentang masa lalu Raka dengan Saskia.

“Apa yang dia kasih ke kamu, sampai kamu nggak bisa lepas dari dia ?”
“Luisa…”
“Apa benar, walaupun sudah putus, kamu dan dia masih sering tidur bareng ?”
“Aku dan dia udah nggak ada apa-apa!”
“Tapi kamu nggak bisa ninggalin dia, kan? Karena dia bisa kasih kamu apa pun yang kamu mau. Iya, kan?”

Tapi…karakter Luisa yang tadinya marah-marah dari penggalan percakapan di atas berubah seperti tidak terjadi apa-apa.

“Ka?” Luisa memanggil dengan cemas, melihat sosok di hadapannya seperti kehilangan semua tenaganya. “Aku cuma bercanda.” Luisa tiba-tiba memeluk lengan Raka.

Perubahan karakter Luisa terlalu signifikan. Masak habis bertengkar langsung baikan lagi. Agak kurang seru. Padahal saya berharap eksekusinya nanti bakal nendang atau setidaknya bisa membuat saya terkejut.

Dibandingkan tokoh Luisa, saya menyukai tokoh Saskia. Kenapa ? Menurut saya penggambaran tokoh Saskia begitu jelas dan kuat (meskipun tidak dijelaskan secara gamblang) hingga saya bisa membayangkan seperti apa tokoh Saskia kalau di dunia nyata. Yang keras kepala, kalau ingin sesuatu harus tercapai, pintar merajuk, dan tentu saja cantik.

Untuk tokoh Luisa, saya seperti menemukan diri saya dalam karakter tokoh wanita yang satu ini, karena menyukai buku.

Terakhir kali ke sini, Luisa betah duduk berjam-jam hanya dengan membaca buku sambil menikmati secangkir cokelat panas di sudut kafe. (hlm. 124)

Sejak kecil, ia suka sekali buku. Ia bisa betah menghabiskan waktu seharian di toko buku. Ia suka wangi lembaran kertas-kertas buku yang baru dibuka segelnya. (hlm. 124)

Benar-benar seperti saya. Saya juga betah berjam-jam hanya dengan membaca buku sampai lupa makan dan sempat dimarahi ibu gara-gara lupa waktu. Saya juga suka mencium wangi lembaran kertas-kertas buku yang baru dibuka segelnya sampai temen saya bilang kalau saya sudah kecanduan sama wangi-nya buku (^_^”)

Isi ceritanya memang to the point dan saya suka. Tapi efek-nya saya merasa alurnya terlalu cepat dan mendadak. Bagian cerita flashback antara Luisa dan Hans (hlm. 21) itu juga akan lebih bagus kalau dibikin adegan tersendiri, bukan cuma diceritakan lewat narasi (show, don’t tell).

Selain itu, ada penempatan beberapa kata dalam bahasa Inggris yang membingungkan menurut saya.
Seperti kalimat ini: No prob, just call if you need 911! (hlm. 19). Daripada menggunakan kata “prob, alangkah baiknya jika diganti dengan “problem” (saya sebenarnya tahu maksudnya, tapi awal baca, saya kira itu typo, jadi lebih baik kalau ditulis yang sebenar-benarnya / jangan disingkat).

Hal lain yang saya sukai dari novel ini adalah setting-nya. Saya juga suka penggambaran saat Luisa di CafĂ© Buku. Cukup menambah pengetahuan, meskipun latar tempatnya masih bisa dieksplorasi lagi. Sebut saja latar tempat di Singapura-nya. Saya kurang merasa diajak “jalan-jalan” oleh penulis. Padahal saya berharap setting Singapura-nya lebih ditonjolkan.
Terdapat beberapa kalimat yang tidak efektif dan tidak bisa saya mengerti, seperti berikut ini :

“Giliran siapa membayar?” –Luisa (hlm. 80) => Menurut saya kata ‘membayar’ diganti dengan kata ‘yang membayar’ atau ‘yang bayar’ mungkin bisa lebih mudah dipahami.

Dan sesiangan itu mereka hanya berkirim-kirim email sambil sesekali saling melirik dan tersenyum. (hlm. 81) => Menurut saya sesiangan itu harusnya ditulis ‘siang’

“Kamu….kenapa sih hobi banget bikin aku nangis?”
“Me?” Raka menunjuk dadanya. “Really?” Dikecupnya lesung pipi Luisa. “Padahal aku sayang gini sama pacarnya.” (hlm. 274) => Sumpah…sampai sekarang saya masih nggak ngerti sama dialog yang saya kasih warna merah itu ><

Terdapat beberapa kalimat yang typo, seperti berikut ini :

DIa kembali teringat kejadian tadi sore di Over Easy, resko kesukaan Raka yang ternyata punya segudang memori dengan Saskia. (hlm. 133) Seharusnya huruf “I” kapital diperbaiki dengan huruf kecil “i”

Jantung Raka seperti berhenti berdetak melihat Luisa ada di sana Kini matanya tak bisa lepas dari sosok di seberang itu. (hlm. 161) Nah, itu seharusnya sebelum kata “Kini” ada tanda baca titik T_T

Juga terdapat beberapa pengaturan margin yang berbeda, seperti di halaman 15, 82. Dan keterangan dengan penulisan font face yang salah.

Ka, aku pulang, ya.
Setengah jam kemudian, pesannya baru dibalas.
Take care.
Luisa langsung membalas lagi.
Gimana keadaan kamu, udah baikan?

Harusnya kata “Luisa langsung membalas lagi” itu font face-nya sama seperti kata “Setengah jam kemudian, pesannya baru dibalas” karena merupakan kalimat penjelas. Beberapa kesalahan kecil di atas bisa saja diperbaiki untuk cetakan selanjutnya.

Covernya cukup menjelaskan isi dari novelnya. Gambar laki-laki dan wanita yang duduk bersama itu mungkin digambarkan sebagai tokoh Luisa dan Raka. Tapi, warna covernya kurang hidup menurut saya. Terlalu menitikberatkan pada satu warna, jadi kesannya kurang menarik.

Untuk ending-nya kurang twisted. Meskipun begitu, saya cukup puas. Karena ending-nya bikin saya speechless dan happy ending. Ups, spoiler! ^^

Akhirnya saya memberi 2,5 dari 5 bintang untuk novel ini.
Link Review Goodreads : https://www.goodreads.com/review/show/1127102889?book_show_action=false



http://luckty.wordpress.com/2014/11/17/finally-you-book-review-contest/



0 komentar:

Posting Komentar