Judul : Love Puzzle
Nama Penulis : Eva Sri Rahayu
Penyunting : Ifnur Hikmah
Penyelaras Aksara : Novia Fajriani &
Anisa
Penata Aksara : Nurul & Anisa
Perancang Sampul : Fahmi Ilmansyah
Penerbit : Noura Books
Tanggal Terbit : November 2013
Edisi : Cetakan Pertama
ISBN : 978-602-1606-04-9
“Kesendirian menyadarkannya akan arti
kehilangan. Bukan kehilangan biasa, tetapi belahan jiwa.”
(hlm. 125)
Love Puzzle
bercerita tentang gadis bernama Risa. Gadis yang tidak takut dengan hantu,
pribadi yang suka memotret, dan mudah bergaul. Kesenangannya dalam mengabadikan
setiap tempat membuatnya menemukan spot yang bagus untuk memotret. BIM (Bandung
Indah Mall) adalah tempat yang baru-baru ini dikunjunginya, yang membuatnya
bertemu dengan Raja.
Keanehan
demi keanehan saya temukan disini. Dan yang saya tahu keanehan itu menjurus ke
tokoh Raja. Terbukti ketika Risa bertemu kembali dengan Raja di lapangan basket
indoor tempat latihan klub basket professional untuk memotret
temannya—Reta. Disana, Raja berkata bahwa ia tidak mengenal Risa.
Raja
yang ia temui di atap BIM dan Raja yang ia temui di lapangan basket itu
terlihat seperti dua orang yang berbeda. Kadang baik, kadang bisa juga
menyebalkan. Risa bahkan berkata bahwa Raja memiliki seribu kepribadian, tanpa
menyadari bahwa sebenarnya banyak misteri dibalik itu semua. Pertemuannya
dengan Raja di atap BIM pun tanpa disadari menyeret Risa pada masa lalu yang
kelam, penuh akan tangis dan luka.
Setelah
berjumpa dengan si kembar Ares dan Orion, Jae In dan Jae Kwon, kini saya
berjumpa lagi dengan si kembar Iskandar dan Alexander. Yang lagi-lagi buat saya
nangis.
Ada
banyak adegan flashback yang disajikan oleh penulis. Terutama flashback tentang
Raja di bagian tengah cerita yang membuat saya terkejut, dan berpikir bahwa
puzzle-puzzle yang ditebarkan oleh penulis memang hanya akan terangkai dan
membentuk gambar jika kita sampai di halaman terakhir.
“Kenangan,
kadang terasa lebih nyata dari kenyataan. Seberapa pun besarnya perjuangan
membuat kenangan itu jadi nyata, kenangan hanya hidup dalam ingatan.”
(hlm. 68)
Setelah
bertemu dengan sosok Raja yang misterius, Risa bertemu dengan Ayara. Gadis yang
digambarkan seperti boneka kaca, transparan, rapuh, pucat dan mucah pecah, yang
membuat setiap orang harus berhati-hati memperlakukannya.
Saya
merasa novel ini lebih menitikberatkan pada kejadian masa lalu yang dialami
oleh Raja dan Ayara yang melibatkan Risa didalamnya. Konflik yang disajikan penulis
pun berkaitan dengan masa lalu. Tentang permasalahan yang sering dihadapi oleh
anak kembar.
“Kalian
selalu membandingkan kami, membuat kami seolah-olah siapa yang lebih menurut
lebih kalian sayangi. Perbandingan itu membuat kami hidup seperti kompetisi.”
(hlm. 185)
“Tanpa
sadar, perbandingan dari orangtua memunculkan rasa ingin lebih unggul, walaupun
mereka saling mencintai. Ada rasa sakit sekaligus bangga setiap kali salah
satunya dipuji atau dijatuhkan. Dunia mereka memang berbeda, dunia yang tidak
dipahami orang lain. Mereka selalu bersama, berbagi segalanya. Dalam hidup
mereka tak ada yang menyakiti, hingga berbagi cinta dan imajinasi. Tidak ada
yang menjadi bayangan dan sinar.” (hlm. 142)
Membaca
novel ini saya merasa seperti penulis seakan-akan memang sedang menguji emosi
para pembacanya. Why? Karena berulang kali saya ingin marah dan nangis
dalam waktu bersamaan. Marah karena konflik yang dihadapi anak kembar memang
benar dan selalu begitu. Menangis karena anak kembar sering kali menerima
perlakuan yang tidak adil. Jangan tanya kenapa saya bereaksi seperti itu.
Karena saya sendiri juga kembar. Saya bahkan lebih bisa merasakan apa yang
tokoh-tokoh dalam novel ini rasakan karena saya memang pernah mengalaminya.
Oke,
stop ! Fokus.
Novel
ini sarat akan pesan. Novel ini juga menyadarkan kita akan pentingnya
ketulusan, kebersamaan, kehilangan, luka dan cinta. Tentang rumitnya kisah
cinta remaja yang masih terbelenggu akan masa lalu. Juga tentang konflik anak kembar
yang penuh akan luka.
“Begini
rasanya kehilangan bahkan ketika tidak pernah memiliki.”
(hlm. 140)
“Cinta
dilahirkan, bukan diciptakan. Cinta bukan ‘tidak harus memiliki’, tetapi memang
‘tak semua cinta bisa memiliki’ ”. (hlm.
234)
Sebelum
mata saya kembali memanas dan perih, saya ingin mengatakan satu hal untuk
kalian. Pesan ini saya dapat dari sang penulis di akhir halaman.
“Untuk semua anak
kembar, bersinarlah dengan warna kalian masing-masing.”
Trust
me! Kalian harus baca buku ini. So, saya rasa
4 bintang pantas didapatkan oleh novel ini.
Ihh...saya suka sama buku ini. Cerita anak kembarnya mengesankan *Ups..spoiler^^
BalasHapushaha, cerita anak kembarnya emang bagus
HapusKayanya seru nih, udah kangen baca buku romance :)
BalasHapusSaranku sih segera bca bku romance aja, biar kangennya terobati. wkwk^^
HapusUdah pernah baca nih. Ceritanya bagus banget. Menyentuh gitu :)
BalasHapusKonflik anak kembarnya bener-bener kerasa
Setuju nih. Konflik-nya mengesankan
Hapus